Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 menjadi 4,9%, dari perkiraan sebelumnya mencapai 5,2%, yang dirilis Desember 2024.

Berdasarkan laporan interim Prospek Ekonomi OECD bertajuk ‘Steering Through Uncertainty’, lembaga internasional ini juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 menjadi hanya 5%, dari proyeksi yang diterbitkan pada Desember 2024, yakni bisa berada di level 5,1%.

"Pertumbuhan ekonomi di negara-negara G20 yang sedang berkembang secara umum diproyeksikan melambat. Ekonomi China diperkirakan tumbuh 4,8% pada 2025, karena dampak negatif tarif sebagian besar diimbangi oleh dukungan kebijakan yang lebih kuat, sebelum melambat menjadi 4,4% pada 2026," demikian tertulis dalam laporan OECD, dikutip Rabu (19/3/2025).

Kendati demikian, OECD menilai perlambatan tersebut diproyeksikan tidak terlalu terasa di India dan Indonesia, dengan kedua ekonomi tersebut mengalami beberapa dukungan untuk pertumbuhan ekspor.

"Karena mereka menarik bisnis baru yang dialihkan dari negara-negara pengekspor yang menghadapi kenaikan tarif yang lebih tajam," tercantum dalam dokumen.

Inflasi Diproyeksi Rendah

Dalam laporan tersebut, OECD juga memangkas proyeksi inflasi Indonesia pada 2025 yang diperkirakan hanya akan berada di level 1,8%, atau merosot dari proyeksi sebelumnya 2,2%. Inflasi pada 2026 diperkirakan hanya 2,8% dari perkiraan sebelumnya 3,2%.

Inflasi utama di negara-negara G20 kini diproyeksikan turun dari 5,3% pada 2024, menjadi 3,8% pada 2025 dan 3,2% pada 2026. Kini, inflasi inti di negara-negara maju G20 diproyeksikan sebesar 2,7% pada 2024, 2,6% pada 2025 dan 2,4% pada 2026. Proyeksi triwulanan menyiratkan bahwa inflasi inti akan tetap berada di atas target inflasi bank sentral pada akhir periode proyeksi di lebih dari separuh negara maju G20, termasuk Amerika Serikat (AS).

Sementara itu, inflasi tahunan di negara-negara berkembang diproyeksikan menurun lebih tajam daripada di negara-negara maju, hal ini sebagian besar mencerminkan penurunan inflasi lebih lanjut yang signifikan di Argentina dan Turki dari tingkat yang sangat tinggi pada tahun 2024.

"Inflasi utama di beberapa negara berkembang lainnya, termasuk Afrika Selatan, Indonesia dan China diproyeksikan tipis," demikian bunyi laporan.

"Di antara negara-negara berkembang, suku bunga kebijakan diproyeksikan akan tetap stabil di Indonesia dan Afrika Selatan dan hanya turun sedikit di India untuk membantu mempertahankan ekspektasi inflasi yang terjangkar dan menghindari arus keluar modal yang mengganggu dari suku bunga kebijakan yang lebih tinggi dari yang diharapkan di AS," paparnya.

(lav)

No more pages