Dewan politik yang berkuasa di Houthi bersumpah untuk membalas apa yang mereka sebut sebagai “agresi” AS, dan mengatakan bahwa operasi maritim akan terus berlanjut hingga blokade Gaza dicabut, menurut kantor berita Saba yang dikendalikan Houthi.
Hari Selasa, kelompok militan tersebut mengatakan akan melanjutkan serangan terhadap kapal-kapal Israel untuk pertama kalinya dalam waktu sekitar dua bulan setelah menuntut Israel guna mengakhiri larangan bantuan yang masuk ke Gaza, yang diberlakukan setelah ketidaksepakatan dengan Hamas mengenai gencatan senjata.
Houthi saat ini akan menargetkan kapal-kapal AS, termasuk kapal perang, sebagai bagian dari eskalasi dalam menanggapi serangan udara, kata pemimpin kelompok tersebut, Abdul Malik Al-Houthi, dalam sebuah pidato yang disiarkan di televisi pada hari Minggu. “Kami masih memiliki opsi-opsi eskalasi” jika serangan-serangan AS terus berlanjut, tambahnya.
Hegseth mengatakan bahwa serangan terbaru AS termasuk jadi peringatan bagi Iran, yang mendukung Houthi.
“Iran telah mendukung Houthi terlalu lama. Mereka lebih baik mundur,” katanya.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Mike Waltz, mengklaim bahwa serangan-serangan tersebut berhasil.
“Kami menyerang kepemimpinan Houthi, menewaskan beberapa pemimpin utama mereka tadi malam - infrastruktur mereka, rudal-rudal mereka,” kata Waltz dalam acara Fox News Sunday. “Kami baru saja menghantam mereka dengan kekuatan yang luar biasa dan memberi tahu Iran bahwa sudah cukup.”
Pada sebuah acara terpisah di acara ABC This Week, Waltz mengatakan bahwa target Iran di dalam dan sekitar Yaman—termasuk kapal-kapal di dekat pantai yang menyediakan informasi intelijen dan pelatih—“akan menjadi tujuan serangan.”
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengatakan dalam ‘Face the Nation’ di CBS bahwa Houthi telah menyerang kapal-kapal angkatan laut AS di wilayah tersebut sebanyak 174 kali selama 18 bulan terakhir, selain mengganggu pelayaran global. Ketika ditanya apakah ada rencana untuk operasi darat AS di Yaman, Rubio mengatakan bahwa saat ini tampaknya tidak mungkin.
“Ini adalah keputusan militer yang harus diambil, tetapi saya tidak mendengar adanya pembicaraan tentang serangan darat,” kata Rubio. “Saya rasa saat ini tidak ada kebutuhan untuk itu.”
Kementerian Kesehatan Houthi mengatakan 53 orang, termasuk lima anak-anak dan dua wanita, tewas dan 98 lainnya terluka dalam serangan di Sana'a dan provinsi lainnya, menurut Saba.
Houthi memulai serangan mereka tak lama setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober yang memicu perang di Timur Tengah.
Houthi berulang kali mengatakan bahwa serangan rudal dan pesawat drone mereka di Laut Merah, dan terhadap Israel, merupakan bentuk solidaritas terhadap Palestina dalam perang melawan militan Hamas di Jalur Gaza. Kelompok Yaman itu sebelumnya mengatakan akan menghentikan serangan mereka ketika Israel menghentikan perangnya.
(bbn)































