Logo Bloomberg Technoz

"Tidak," ujar Trump kepada wartawan di Gedung Putih saat ditanya apakah ia akan menarik kebijakan tarifnya. "Kita telah dirugikan selama bertahun-tahun, dan kita tidak akan membiarkan itu terjadi lagi."

Ancaman tarif baru dari Trump kembali mengguncang pasar saham AS, membuat indeks S&P 500 mendekati koreksi 10% setelah mengalami aksi jual selama tiga minggu berturut-turut.

Sementara itu, saham produsen minuman beralkohol di Eropa mengalami penurunan. Saham LVMH, yang memiliki merek sampanye Moët & Chandon dan Veuve Clicquot, turun hingga 2,2%. Saham Remy Cointreau SA, produsen cognac, anjlok 4,5%, sedangkan Pernod Ricard, produsen minuman keras, melemah 3,6%.

Menteri Perdagangan Prancis, Laurent Saint-Martin, mengecam langkah Trump dan menegaskan bahwa negaranya tidak akan menyerah terhadap ancaman AS.

"Trump semakin meningkatkan perang dagang yang ia mulai sendiri," tulis Saint-Martin di platform X (sebelumnya Twitter). "Kami tidak akan menyerah terhadap ancaman dan akan selalu melindungi industri kami."

Selain soal pajak minuman beralkohol, Trump juga menuduh UE memperlakukan perusahaan teknologi AS secara tidak adil.

"Mereka menuntut Google, menuntut Facebook, dan mengambil miliaran dolar dari perusahaan-perusahaan Amerika. Saya tidak tahu untuk apa mereka menggunakannya, tapi mereka memperlakukan kita dengan sangat buruk," kata Trump.

Sebagai balasan atas tarif baja dan aluminium dari AS, Uni Eropa berencana mengenakan bea masuk hingga €26 miliar terhadap produk-produk asal Amerika. UE juga akan mulai berkonsultasi dengan negara-negara anggotanya untuk menetapkan daftar produk pertanian dan industri yang akan dikenakan tarif hingga 25% pada pertengahan April.

"Presiden benar-benar kesal dengan tindakan Uni Eropa," ujar Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dalam wawancara dengan Bloomberg. "Dia peduli pada rakyat Amerika dan ingin melindungi mereka. Kenapa justru bourbon Kentucky dan motor Harley-Davidson yang menjadi sasaran Eropa?"

Bourbon Kentucky dan Harley-Davidson adalah produk ikonik Amerika yang pernah dikenai tarif balasan oleh UE dalam perang dagang era Trump sebelumnya. Tarif tersebut sempat ditangguhkan di bawah kesepakatan damai pada masa pemerintahan Presiden Joe Biden, namun dijadwalkan akan berakhir pada 31 Maret. Jika tidak ada perjanjian baru, tarif tersebut akan kembali diberlakukan dengan tingkat yang lebih tinggi.

Tarif Balasan Tambahan

Selain ancaman tarif terhadap anggur dan minuman beralkohol, Trump juga berencana menerapkan tarif balasan terhadap berbagai negara dalam waktu tiga minggu ke depan. Pemerintah AS berencana mengenakan tarif berdasarkan perhitungan terhadap kebijakan pajak dan hambatan perdagangan negara lain, seperti pajak digital dan pajak pertambahan nilai (PPN).

Kebijakan ini berpotensi memperburuk perang dagang, mendorong negara-negara lain untuk melakukan tindakan balasan yang lebih keras. Trump bahkan berencana menerapkan tarif sektoral untuk industri tertentu, termasuk otomotif, kayu, semikonduktor, farmasi, dan tembaga.

Kebijakan tarif Trump yang diterapkan secara bertahap dan sering kali berubah arah telah menciptakan ketidakpastian di pasar global. Pada Selasa, ia sempat mengancam akan menggandakan tarif terhadap Kanada, tetapi kemudian membatalkannya setelah Ontario menunda kebijakan pajak ekspor listrik.

Penggunaan tarif sebagai senjata dalam konflik ekonomi dan geopolitik semakin membebani pasar keuangan. Indeks S&P 500 telah turun hampir 10% sejak puncaknya pada Februari, memicu kekhawatiran akan kemungkinan resesi di AS.

Meskipun selama ini Trump sering membanggakan kenaikan pasar saham sebagai bukti keberhasilan kebijakannya, ia tampaknya tidak terlalu peduli dengan dampak negatif kebijakan tarifnya terhadap pasar keuangan.

"Penurunan pasar ini adalah kesempatan untuk membeli," ujar Trump pekan ini. Ia menambahkan bahwa kebijakan tarifnya diperlukan untuk merombak industri dan rantai pasokan Amerika.

Namun, dukungan terhadap kebijakan tarif Trump tetap lemah. Banyak pelaku industri meminta pengecualian, sementara para ekonom memperingatkan bahwa perang dagang ini dapat menyebabkan dampak ekonomi yang lebih luas.

Pada masa jabatan pertamanya, Trump juga pernah mengancam akan mengenakan tarif terhadap anggur Prancis sebagai respons terhadap pajak Prancis terhadap perusahaan teknologi AS. Namun, ia akhirnya menarik ancaman tersebut setelah mencapai kesepakatan dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron.

(bbn)

No more pages