Khamenei mengatakan dalam pidatonya bahwa surat tersebut belum sampai kepadanya.
Ulama yang telah menjadi kepala negara Iran selama hampir empat dekade ini membagikan pengalaman melakukan perundingan nuklir dengan pemerintahan mantan Presiden AS Barack Obama, yang pada akhirnya membawa bencana bagi Republik Islam tersebut, setelah perjanjian yang mereka sepakati pada 2015 dibatalkan oleh Trump tiga tahun kemudian.
"Mengapa Iran tidak mau berunding? Lihatlah diri kalian sendiri. Kami duduk dan bernegosiasi selama bertahun-tahun, dan orang yang sama ini kemudian mengambil kesepakatan yang sudah ditandatangani dan merobek-robeknya," ujar Khamenei dalam komentarnya yang merujuk pada AS dan Trump.
"Ketika Presiden AS mengatakan siap berunding dengan Iran dan mengundang kami untuk mengadakan pembicaraan, itulah trik untuk menipu opini publik dunia," katanya dalam pidato yang ditayangkan di TV Pemerintah Iran, Rabu (12/3/2025) waktu setempat.
Trump telah berulang kali mengatakan tidak akan mengizinkan Iran mengembangkan senjata nuklir. Republik Islam itu sudah lama membantah bahwa mereka ingin mendapatkan bom dan perjanjian nuklir 2015, di mana Trump membatalkannya dengan menjatuhkan sanksi ketat pada aktivitas atom Teheran sebagai imbalan atas keringanan sanksi.
Sejak saat itu, Iran secara signifikan meningkatkan aktivitas pengayaan uraniumnya, yang memicu kekhawatiran di Barat bahwa Iran semakin mampu memproduksi hulu ledak nuklir. Trump juga telah membangkitkan strategi tekanan maksimum terhadap Iran sejak kembali ke Gedung Putih dengan meningkatkan sanksi.
"Alasan kami tidak memiliki senjata nuklir dan tidak mengembangkannya hanyalah karena kami tidak menginginkannya. Kami telah menjelaskan dan mendiskusikan alasan-alasan ini sebelumnya. Ini keputusan kami sendiri, dan jika kami menginginkannya, mereka tidak akan bisa menghentikan kami," kata Khamenei, kembali merujuk pada AS.
Pembicaraan dengan pemerintah saat ini di Washington tidak akan memberikan Iran keringanan sanksi, justru "akan membuat simpul sanksi semakin ketat dan meningkatkan tekanan," kata Khamenei.
(bbn)
































