Mereka yang berada di Karachi, kota terbesar Pakistan, dan ibu kota Islamabad, terpapar pada 120 hari dengan tingkat polusi yang sama yang menyebabkan sesak napas.
"Cabutnya kabut ini semakin buruk setiap tahun," mengakui seorang pemilik pabrik di Lahore, yang ingin tetap anonim setelah mengkritik kebijakan pemerintah secara terbuka.
"Jika saya kaya, keputusan pertama saya adalah meninggalkan Pakistan menuju Dubai, untuk melindungi anak-anak saya dan membesarkan mereka di lingkungan yang bebas kabut asap," katanya kepada AFP.
Para ahli mengatakan bahwa polusi terutama disebabkan oleh emisi dari pabrik dan kendaraan. Kondisi ini memburuk di musim dingin karena para petani membakar sisa tanaman, sementara suhu yang lebih dingin dan angin yang bergerak lambat menjebak polutan berbahaya.
(spt)
































