Intervensi dilakukan oleh Bank Indonesia di pasar spot, pasar forward domestik, juga di pasar surat berharga negara. Sentimen risk-off global telah membuat harga saham, obligasi serta mata uang Indonesia terjungkal.
"Dalam kondisi ini, kami tetap berada di pasar dengan intervensi di tiga tempat [triple intervention] untuk mempertahankan kepercayaan pasar dan menyeimbangkan pasokan demand-supply valuta asing," kata Edi Susianto, Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia, dilansir dari Bloomberg News.
Rupiah telah menjadi mata uang terburuk di kawasan Asia sepanjang tahun ini, dengan pelemahan 1,97% year-to-date bersama rupee India dan dolar Taiwan. Sementara mayoritas mata uang Asia masih mencatat kinerja positif melawan dolar AS tahun ini.
Rupiah pernah menyentuh level terlemah sejak krisis moneter tahun 1998, di level Rp16.580/US$ dan pada intraday trading menjebol Rp16.592/US$ pada akhir Februari lalu. Level tersebut melampaui kurs penutupan terlemah rupiah saat pandemi pada Maret 2020 di Rp16.575/US$.
Sentimen buruk melanda pasar keuangan global sejurus dengan peningkatan kekhawatiran akan pecahnya resesi di Amerika Serikat. Arus jual melanda aset-aset berisiko, mulai dari saham-saham di pasar negara maju, juga aset berisiko di pasar negara berkembang.
Sampai tengah hari ini, IHSG sudah tergerus 0,91% pada akhir sesi pertama perdagangan. Semua bursa Asia berkubang di zona merah, di mana beberapa pasar terlihat anjlok lebih dalam seperti bursa saham Filipina yang terbenam hingga hampir 3%, lalu bursa saham Singapura yang ambles sampai 2,10%, juga bursa Taiwan 1,73%.
Sedangkan di pasar surat utang, mayoritas harga SBN tertekan terutama untuk tenor menengah dan panjang. Mengacu data OTC Bloomberg siang ini, yield SUN 3Y naik 4,9 basis poin ke level 6,609%. Sedangkan tenor 5Y naik 3,1 basis poin bersama dengan tenor 10Y yang naik 2,8 basis poin.
Tingkat premi investasi di Indonesia, Credit Default Swap (CDS) tenor 5 tahun juga melesat naik menyentuh level tertinggi dalam hampir dua bulan ke level 79,83, naik 2,2% dibanding kemarin. Dua hari ini, kenaikannya sudah mencapai 3%.
Credit Default Swap adalah kontrak antara penjual dan pembeli CDS dengan membayar biaya (fixed premium) pada periode tertentu (maturity) dan kompensasi tertentu apabila terjadi credit event. Credit event merujuk pada kejadian luar biasa yang mempengaruhi kinerja pasar seperti risiko default, restrukturisasi, dan moratorium atas suatu perusahaan atau entitas penerbit obligasi.
Mengacu ISDA (International Swaps and Derivatives Association), keluar protokol yang dikenal sebagai “The Big Bang Protocol” yang hanya membatasi credit event kedalam dua hal yaitu: bankruptcy dan failure to pay. Dengan kata lain, CDS adalah sejenis perlindungan/proteksi atas risiko kredit.
Ketika premi CDS naik, itu berarti harga proteksi atas terjadinya kegagalan kredit atau risiko kredit yang lain, meningkat. Dalam konteks yang terjadi di pasar Indonesia hari ini, pelemahan rupiah, kejatuhan harga saham serta surat utang, menggiring para investor memburu proteksi atas kemungkinan terjadinya default.
Tingkat CDS pernah menyentuh level tertinggi tahun ini di level 82,48 pada 13 Januari lalu, yaitu ketika tingkat imbal hasil SBN tenor 10Y naik menyentuh angka tertinggi sejak 2022 silam. Pada hari itu, Pemerintah RI juga secara resmi memulai program Makan Bergizi Gratis yang menelan anggaran sangat besar.
(rui)

































