"Sistem ini bukan hanya sistem terkait dengan delivery channel-nya ke market. Namun juga sistem terkait dengan di internal kita untuk pencatatan dan pencadangan kalau ada kemungkinan risiko dan seterusnya Itu harus kita siapkan," ujarnya.
Selain rangkaian persiapan, BSI juga perlu menunggu penilaian dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga pada akhirnya mendapatkan izin untuk menjalankan usaha tersebut.
3 Produk BSI
Saat ini, Anton mengatakan, perseroan memiliki tiga produk bank emas. Pertama, jual beli dan titip emas melalui aplikasi digital. "BSI Emas Digital adalah investasi emas mulai dari 0,1 gram dan diakses kapan saja serta di mana saja melalui platform digital," ujarnya.
Kedua, membeli emas atau BSI Gold yang merupakan logam emas batangan dengan karatase 99,99% yang memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI), dan memperoleh rekomendasi Kesesuaian Syariah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ketiga, BSI ATM Emas. Layanan ini untuk melakukan cetak emas secara mandiri melalui mesin ATM, dengan berbagai pilihan gramase dan pilihan seri emas.
"Kita sedang kembangkan terkait dengan kompatibilitas sistemnya dengan sistem BSI. Mudah-mudahan dalam waktu dekat kita sudah akan bisa deploy. Mungkin 50 ATM dulu," ujarnya.
Selama 2024, total emas kelolaan BSI telah mencapai 17,5 ton dengan volume transaksi mencapai 29,7 ton.
Presiden RI Prabowo Subianto mengatakan, layanan bank emas pertama di Indonesia yang diresmikan pada hari ini, Rabu (26/2/2025), diproyeksikan bisa menambah Rp245 triliun ke Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Sekadar catatan, PDB Indonesia mencapai Rp22.139 triliun pada 2024. Angka itu meningkat dibandingkan dengan Rp20.892 triliun pada 2023. "Kita harapkan bahwa ini akan meningkatkan PDB kita, menambah Rp245 triliun," ujar Prabowo dalam agenda peresmian Layanan Bank Emas Pegadaian dan BSI.
(wep)

































