Gubernur The Fed St Louis ini menekankan, ekspektasi dasarnya ialah inflasi akan terus menurun dan pasar tenaga kerja tetap mendekati lapangan kerja penuh. Hal ini menurutnya "sangat penting" untuk memastikan ekspektasi inflasi tetap tertahan dengan baik.
Dia memandang skenario ini mungkin terjadi jika "dampak bersih" dari kebijakan-kebijakan baru pada perdagangan, imigrasi, regulasi, dan perubahan fiskal lainnya kecil.
Mungkin juga, katanya, kebijakan-kebijakan pemerintah yang baru bisa membantu inflasi turun lebih cepat, sekaligus menjaga pasar tenaga kerja tetap stabil.
Data yang dirilis Jumat menunjukkan konsumen AS mengurangi pengeluaran pada Januari di tengah cuaca musim dingin yang keras. Pasalnya indeks inflasi dasar yang disukai The Fed menunjukkan sedikit kelonggaran. Tidak termasuk makanan dan energi, indeks ini naik 2,6% dari tahun lalu, menyamai kenaikan tahunan terkecil sejak awal 2021.
Penurunan belanja konsumen, digabung dengan data yang menunjukkan warga AS semakin pesimis pada prospek dan semakin khawatir akan kenaikan harga, memicu kekhawatiran bahwa ekonomi AS akan menuju periode stagflasi.
Musalem mengatakan "data-data terbaru lebih lemah daripada yang diprediksi, sehingga menimbulkan beberapa risiko penurunan pertumbuhan." Menurutnya, ada indikasi bahwa konsumen mungkin tetap berhati-hati pada Februari.
"Meski saya terus berharap ekonomi akan tumbuh dengan kecepatan yang baik pada beberapa kuartal mendatang, saya akan khawatir jika kita mulai mendapati lebih banyak bukti kemunduran konsumen atau melemahnya kepercayaan bisnis dan rencana investasi," ungkapya.
'Pilihan Sulit'
Pembuat kebijakan ini mengakui adanya kemungkinan bank sentral mampu menghadapi situasi di mana inflasi "terhenti di atas 2%," sedangkan pasar tenaga kerja melemah.
"Melemahnya pasar tenaga kerja bersamaan dengan inflasi yang lebih tinggi bisa memberikan pilihan yang sulit," kata Musalem.
Musalem mengatakan ia akan "sangat khawatir jika melihat bukti yang menunjukkan ekspektasi inflasi tidak terkendali saat ini." Inflasi yang sangat tinggi, atau meningkatnya ekspektasi inflasi jangka panjang, akan mempersulit para pejabat untuk "mengamati" kenaikan harga yang berasal dari tarif atau perubahan kebijakan imigrasi.
"Dalam skenario tersebut, kebijakan moneter yang lebih ketat mungkin tepat," katanya. Dalam diskusi yang dimoderatori setelah pidatonya, Musalem mengatakan hal ini bisa mencakup mempertahankan suku bunga pada tingkat yang ketat lebih lama dari yang diantisipasi.
Para pejabat The Fed membiarkan suku bunga tetap stabil pada Januari setelah menurunkan biaya pinjaman sebesar satu poin persentase penuh pada akhir tahun lalu.
Para pembuat kebijakan mengatakan ingin mendapat lebih banyak bukti bahwa inflasi berada di jalur yang tepat untuk mencapai target 2% dan mempelajari lebih lanjut bagaimana kebijakan Presiden Donald Trump memengaruhi perekonomian.
Laporan terbaru mengenai pasar tenaga kerja akan dirilis pada Jumat (7/3/2025). Pertemuan kebijakan The Fed berikutnya akan berlangsung pada 18-19 Maret.
(bbn)






























