Logo Bloomberg Technoz

Paling dalam adalah saham-saham barang baku, saham infrastruktur, dan saham energi dengan runtuh sedalam 5,54%, 3,77%, dan 3,59%. Menyusul saham transportasi, dan saham keuangan yang masing-masing melemah 3,41%, dan 3,08%.

Tidak hanya IHSG, Bursa Asia lainnya juga terbenam di zona merah. Kospi (Korea Selatan), Hang Seng (Hong Kong), Shenzhen Comp (China), NIKKEI 225 (Tokyo), PSEI (Filipina), Shanghai Composite (China), Topix (Jepang), CSI 300 (China), SENSEX (India), TW Weighted Index (Taiwan), SETI (Thailand), KLCI (Malaysia), Straits Time (Singapura), dan Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), yang terpangkas amat signifikan dengan masing-masing drop 3,39%, 3,28%, 3,17% 2,88%, 2,06%, 1,98%, 1,98%, 1,97%, 1,88%, 1,49%, 0,99%, 0,75%, 0,65%, dan 0,19%.

Bursa Saham Hang Seng China Melemah 3,28% (Bloomberg)

Dengan itu, IHSG menjadi yang paling parah dengan amblas 3,31% bersama dengan Kospi Korea Selatan yang jatuh 3,39%.

Sentimen yang mewarnai laju Bursa Asia hari ini datang dari global usai dimulainya perang dagang yang bertambah panas.

Terbaru, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengonfirmasi bahwa tarif sebesar 25% terhadap impor dari Kanada dan Meksiko akan diberlakukan mulai 4 Maret.

Selain itu, ia juga berencana menambahkan pajak 10% terhadap impor dari China, yang semakin memperburuk ketegangan perdagangan dengan mitra dagang terbesar AS.

Seperti yang diwartakan Bloomberg News, tambahan tarif untuk China ini merupakan kelanjutan dari tarif 10% yang sudah lebih dulu diterapkan pada awal bulan ini.

“Ini adalah tambahan 10%, jadi totalnya menjadi 10 plus 10,” tegas Trump saat berbicara di Gedung Oval pada Kamis setempat.

Daftar tarif Trump. (Sumber: Bloomberg)

Para ekonom memperingatkan bahwa tarif ini dapat menghambat pertumbuhan Ekonomi AS, hingga memperparah inflasi. Tak hanya sampai di situ, pengumuman terbaru Trump ini turut mengguncang pasar keuangan.

“Tarif timbal balik yang dijadwalkan pada 2 April akan tetap berlaku sepenuhnya,” tambah Trump pada Kamis.

Adapun kebijakan tarif ini bisa memicu reaksi politik terhadap Trump. Sebuah survei Harris yang digelar untuk Bloomberg News menunjukkan: 60% orang dewasa di AS percaya bahwa tarif ini akan menyebabkan harga barang melejit, sementara 44% mengatakan kebijakan tersebut akan berdampak buruk bagi Ekonomi AS—dibandingkan dengan 31% yang melihatnya sebagai keuntungan.

Menambah sentimen negatif tarif di atas, Analis Phintraco Sekuritas menyebut, AS mencatat kenaikan Initial Jobless Claims ke 242 ribu di pekan lalu dari 220 ribu di pekan sebelumnya. 

Kondisi ini dinilai memperkuat indikasi perlambatan pertumbuhan Ekonomi AS di Januari–Februari 2025. Sebelumnya, sejumlah indikator Keyakinan Konsumen di AS menunjukan penurunan yang signifikan di Januari–Februari 2025.

Namun, prospek ekonomi terbesar di dunia ini lebih suram. Setelah tumbuh 2,8% pada tahun 2024, PDB diperkirakan naik 2,3% tahun ini karena pertumbuhan lapangan kerja yang lebih rendah menekan permintaan konsumen.

Selain itu, para pembuat kebijakan The Fed semakin berhati-hati tentang pemotongan suku bunga di masa depan karena inflasi terbukti kuat.

(fad/wdh)

No more pages