Logo Bloomberg Technoz

"Itu lah kenapa berdampak keharusan jaga stabilias nilai tukar rupiah. DXY indeks dolar ke dunia tetap kuat tempo hari pernah 109, 108, hari ini 107. Ini memberikan tekanan nilai tukar, termasuk rupiah," ujarnya. 

Ketidakpastian Berlanjut

Dalam kesempatan yang sama, Perry menjelaskan divergensi ekonomi dunia berlanjut dengan ketidakpastian global yang tetap tinggi. 

Berbanding terbalik dengan AS, ekonomi Eropa, China, dan Jepang masih lemah dipengaruhi permintaan domestik yang belum kuat serta kinerja eksternal yang menurun sejalan dengan perekonomian global yang melambat dan dampak dari implementasi kenaikan tarif impor oleh AS. Ekspansi ekonomi India juga tertahan akibat proses konsolidasi fiskal dan investasi yang belum kuat. 

"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi dunia 2025 diprakirakan sebesar 3,2%," ujarnya. 

Ke depannya, BI juga bakal terus memantau perekonomian global dan domestik dalam melihat ruang penurunan suku bunga. "Dampak perubahan global terhadap ekspor, pengaruh kebijakan asta cita yang mendorong pertumbuhan ekonomi tetapi juga pengaruh dari kebijakan efisiensi fiskal. Masih terlalu awal untuk melihat itu dan kami akan melihat ke sana ke depan." 

BI memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) tetap di level 5,75% dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) edisi Februari 2025.

Perry menjelaskan keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga agar perkiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dalam sasaran yang ditetapkan pemerintah, yakni 2,5% plus minus 1%.

"RDG BI pada 18 dan 19 Februari 2025 memutuskan untuk menahan BI Rate menjadi 5,75 %, suku bunga Deposit Facility 5% dan suku lending facility 6,5%," ujarnya. 

(lav)

No more pages