Direktur Utama Antam Nico Kanter menambahkan pengiriman emas perdana dari Freeport ini menandakan bahwa perseroan akan konsisten mengurangi impor bahan baku.
Nico mengeklaim pengiriman emas perdana juga akan memberi dampak positif pada kinerja perusahaan, karena momentum harga emas dunia sedang berada pada rekor tertinggi (all-time high).
"Pengiriman perdana dari Freeport memperkuat pasokan emas Antam dan meningkatkan efisiensi, dan rekor penjualan kami menunjukkan kepercayaan pasar yang tinggi. Harga emas yang sedang bullish turut mendorong kinerja ini," ujarnya.
Sementara itu, Presiden Direktur Freeport Indonesia Tony Wenas menyampaikan insiden yang terjadi di salah satu fasilitas kompleks smelter PTFI tidak membuat perusahaan berhenti untuk menjalankan komitmen perusahaan untuk hilirisasi pertambangan.
Pembangunan fasilitas pemurnian logam mulia atau precious metal refinery (PMR) telah selesai dan Freeport Indonesia tetap dapat memproduksi emas murni merupakan bukti keseriusan PTFI dalam menjalankan hilirisasi.
“Sebagai perusahaan yang memiliki pengolahan dan pemurnian terintegrasi dalam negeri mulai hulu hingga hilir, PTFI telah mewujudkan hilirisasi tembaga dan saat ini hilirisasi emas. Dalam waktu dekat akan menyusul hilirisasi perak,” kata Tony.
Sekadar catatan, Freeport Indonesia berhasil memproses sekitar 12,56 ton lumpur anoda dari PT Smelting. Dari proses tersebut dihasilkan emas batangan 189 kg, di mana 125 kg fine gold purity 99,99%, sementara 64 kilogram masih akan di-casting ulang agar memenuhi standar fine gold purity.
PMR Freeport Indonesia pun menjadi salah satu produsen emas murni batangan di Indonesia dengan kapasitas pemurnian sekitar 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun serta Platinum Group metals yaitu 30 kg platinum, 375 kg Palladium.
Penandatanganan perjanjian jual beli logam mulia antara Freeport dan Antam sebelumnya dilakukan Kamis (7/11/2025) untuk 30 ton emas yang dihasilkan melalui PMR, yang termasuk dalam bagian kompleks smelter katoda tembaga di Manyar, Jawa Timur.
Tony saat itu mengatakan kontrak pada tahap ini berlangsung selama 5 tahun dengan nilai sekitar US$12,5 miliar.
Dia mengatakan bahwa fasilitas PMR milik Freeport Indonesia pada dasarnya sudah selesai dan siap melakukan produksi emas batangan pada minggu kedua Desember 2024 dengan total 50—60 ton emas dan 200 ton perak per tahun.
Selama ini Antam harus melakukan impor bahan baku emas berupa ingot dengan jumlah ratusan triliun rupiah, sebelum Freeport Indonesia memiliki smelter katoda tembaga di Manyar dan fasilitas PMR.
(wdh)
































