Nilai incoming bids dalam lelang SRBI hari ini juga menjadi yang terendah sejak akhir tahun.
Meski minat rendah, para investor juga memasukkan penawaran bunga yang lebih rendah dibanding lelang pekan lalu. Untuk SRBI-12M misalnya, rata-rata tertimbang penawaran tercatat sebesar 6,64%, lebih rendah dibanding lelang sebelumnya sebesar 6,78%.
Sedangkan untuk SRBI-6M dan SRBI-9M, rate penawaran masuk masing-masing 6,50% dan 6,57%.
Bank Indonesia akhirnya memenangkan imbal hasil di level 6,56% untuk SRBI-12M, lalu 6,51% untuk tenor 9 bulan dan 6,42% untuk tenor 6 bulan.
Sementara nilai yang dimenangkan dalam lelang hari ini juga kecil, hanya Rp5 triliun, turun dibanding lelang sebelumnya Rp15 triliun.
Indikasi BI rate
Bunga diskonto SRBI selama ini kerap kali menjadi salah satu proxy bunga acuan bank sentral. Penurunan dalam enam lelang beruntun, mungkin bisa dibaca sebagai sinyal bahwa laju pelonggaran moneter oleh Bank Indonesia akan terus berlanjut di sisa tahun ini.
Penurunan bunga SRBI juga sepertinya dipengaruhi oleh tren penurunan imbal hasil surat utang global, yang akhirnya menurunkan pula yield surat utang di pasar sekunder domestik saat ini.
Sampai perdagangan kemarin, mengacu data Bloomberg, tenor 2Y sudah terpangkas imbal hasilnya hingga 30,5 basis poin dalam sebulan ini. Begitu juga yield 5Y yang turun 24,7 basis poin dibanding posisi awal Januari lalu. Tenor acuan, SUN 10Y juga mencatat penurunan yield hingga 15 basis poin sebulan terakhir.
Bank investasi global asal Inggris, Barclays Inc., memperkirakan BI akan kembali memangkas bunga acuan sebesar 25 basis poin dalam pertemuan bulan ini.
"Kami meragukan stabilitas angka pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2024, bisa mengurangi antusiasme bank sentral dalam melonggarkan moneter," kata Brian Tan, analis Barclays, dilansir dari Bloomberg.
Pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal IV-2024 memang sedikit di atas ekspektasi yakni 5,02% dan secara keseluruhan tahun 2024 melambat ke 5,03%. Namun, bila ditelisik, kinerja konsumsi rumah tangga masih belum mampu kembali ke level sebelum pandemi.
Konsumsi rumah tangga pada kuartal IV-2024 tercatat sebesar 4,98% yoy dan dalam sepanjang 2024 tumbuh 4,94% yoy, masih di bawah level pandemi yang di atas 5%.
Inflasi yang rendah, bahkan terendah dalam 25 tahun terakhir, di tengah nilai cadangan devisa yang baru saja memecah rekor baru, mungkin bisa memberikan kepercayaan diri bagi bank sentral untuk melanjutkan pelonggaran. Terutama dengan kini fokus bank sentral beralih untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Berdasarkan hasil survei Bloomberg terhadap para ekonom yang dilansir akhir bulan lalu, BI rate diperkirakan masih akan ditahan di 5,75% pada kuartal satu ini. Namun, BI rate berpeluang terpangkas lagi sebesar 25 basis poin pada kuartal II sehingga diprediksi bunga acuan akan bertahan di 5,50% pada akhir Juni nanti.
Sebagai catatan, rupiah telah membukukan pelemahan 1,18% sepanjang tahun ini. Sedangkan pada Februari, rupiah membukukan penguatan tipis 0,15% month-to-date di pasar spot, yakni di posisi Rp16.275/US$, jelang penutupan pasar Jumat sore.
(rui)
































