Logo Bloomberg Technoz

"Aturan ini yang mengharuskan perangkat elektronik memiliki komponen lokal minimal 35% itu akhirnya menjadi efek. Nah, sekarang malah dinaikkan jadi 40%," terang Nailul Huda, Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios).

Apple Terhambat Regulasi?

Kebijakan TKDN bertujuan untuk mendorong investasi asing dan meningkatkan industri dalam negeri. Beberapa merek Android sudah lebih dahulu menyesuaikan diri dengan aturan ini dengan membangun pabrik perakitan di Indonesia atau menggunakan lebih banyak komponen lokal.

"Brand Android mau nurut dan mengikuti regulasi dan akhirnya bisa dijual, harusnya Apple juga bisa kayak gitu aja menurut saya," ucap Huda.

Sayangnya pendekatan Apple sangat berbeda. Perusahaan ini dikenal memiliki kontrol ketat terhadap rantai pasokannya dan lebih memilih bekerja dengan vendor eksklusif mereka sendiri.

Tidak seperti produsen Android yang lebih fleksibel dalam mencari komponen lokal, Apple memiliki standar tinggi untuk setiap bagian dari produknya. "Material dari Apple sendiri kan juga kita tahu hanya close, punya mereka sendiri."

Kondisi ini membuat Apple enggan untuk mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia, setidaknya dalam jangka pendek. Hal ini kontras dengan strategi mereka di negara lain, seperti Vietnam, yang berhasil menarik investasi Apple dalam skala besar.

"Di Vietnam, Apple bisa disumbang 70% komponennya dari industri lokalnya, sementara di Indonesia, kita masih jauh tertinggal," tegas Huda.

iPhone di Indonesia: Eksklusif, Mahal, tapi Dicari

Meskipun menghadapi banyak tantangan, Apple tetap memiliki basis pengguna yang kuat di Indonesia. Pengguna iPhone sering kali dianggap sebagai bagian dari komunitas eksklusif, yang tidak hanya melihat iPhone sebagai perangkat komunikasi, tetapi juga sebagai status.

"Banyak sentimen juga kalau misalnya pengguna iPhone itu bukan cuma pakai handphone kan, tapi juga sebagai status simbol sosial kan gitu," terang Ibro.

Selain itu, pengguna iPhone yang sudah terbiasa dengan ekosistem Apple sulit untuk berpindah ke perangkat lain. Data mereka, aplikasi yang digunakan, dan kenyamanan ekosistem Apple membuat mereka tetap bertahan meskipun harus menghadapi harga yang lebih tinggi dan keterbatasan regulasi.

"Saya sendiri berada di Apple ekosistem. Mana email, data foto saya sejak tahun 2012 itu ada di iCloud. Begitu saya keluar dari ekosistem itu, kehilangan itu semua," Ibro mrngaku.

Namun, tanpa kehadiran resmi iPhone 16, ada kemungkinan beberapa pengguna akan mempertimbangkan alternatif lain. Beberapa mungkin akan membeli perangkat Android flagship, sementara lainnya memilih bertahan dengan model iPhone lama atau membeli dari pasar gelap.

"Mungkin bisa jadi mereka stay pada iPhone 15, tapi handphone keduanya bisa upgrade flagship Android yang lain yang ada di pasaran saat ini."

Apa Solusi untuk Apple?

Apple menghadapi dilema besar di Indonesia. Jika ingin tetap mempertahankan kehadiran mereka, perusahaan harus menemukan cara untuk memenuhi aturan TKDN, seperti yang sudah dilakukan oleh banyak produsen Android. Beberapa langkah yang bisa mereka ambil antara lain:

  • Membangun Pabrik atau Perakitan di Indonesia

Seperti yang dilakukan oleh produsen Android lainnya, Apple bisa mulai dengan mendirikan pusat produksi komponen di Indonesia.

  • Menjalin Kerja Sama dengan Vendor Lokal

Apple bisa mulai bekerja sama dengan pabrik lokal untuk memenuhi kebutuhan komponen tertentu tanpa harus mengorbankan kualitas produk mereka.

  • Mengoptimalkan Regulasi TKDN dengan Aksesori Apple

Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah juga memasukkan komponen software dan aksesori dalam perhitungan TKDN. Jika Apple ingin tetap beroperasi, mereka bisa mencoba memenuhi persyaratan ini dengan cara lain.

Pada akhirnya, Apple memiliki dua pilihan: mengikuti aturan dan tetap bertahan di Indonesia, atau tetap dengan model bisnis eksklusif mereka dan kehilangan sebagian besar pasar potensial di negara dengan lebih dari 300 juta pengguna smartphone.

Mampukah Apple beradaptasi dan tetap relevan di Indonesia? Ataukah mereka akan kehilangan pangsa pasar yang semakin kompetitif?

Untuk mengetahui lebih lanjut, saksikan video Bloomberg Technoz Podcast - TechnoZone yang bertajuk "Ini Indonesia Bos, Siapa Butuh Apple iPhone 16?" di Bloombergtechnoz.com bersama Host Pandu Sastrowardoyo, Co-Host Whery Enggo Prayogi dan Narasumber Nailul Huda, Ekonom Center of Economics and Law Studies (Celios) dan Ibro Kumar Tech Reviewer.


(red)

No more pages