Logo Bloomberg Technoz

Sebelumnya, kalangan ekonom, pemerintah hingga Bank Indonesia (BI) kompak memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh di bawah 5,1% pada 2024.

Proyeksi tersebut berada di bawah target pertumbuhan ekonomi 5,2% yang ditetapkan pemerintah dalam asumsi dasar ekonomi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024.

Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 adalah sekitar 5%.

"Growth masih terjaga. Kami perkirakan tetap terjaga di sekitar 5%," ungkap Sri Mulyani dalam jumpa pers pada awal tahun.

Jika terwujud, maka pertumbuhan ekonomi Tanah Air akan melambat dibandingkan 2023 yang sebesar 5,05%. Ini juga akan mejadi yang terendah sejak 2021, di mana kala itu Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 3,69%.

Meski demikian, Sri Mulyani menegaskan bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi 5% adalah sebuah prestasi tersendiri. Pasalnya, situasi global sedang penuh tekanan, di mana terjadi fenomena iklim El Nino yang menciptakan kekeringan dan harga pangan meningkat.

Di sektor keuangan, lanjut Bendahara Negara, bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve memberi sinyal bahwa penurunan suku bunga acuan mungkin tertunda atau lebih kecil dari perkiraan semula. Akibatnya, terjadi aliran modal keluar yang menekan nilai tukar rupiah. Pada Juni, rupiah mencapai Rp16.421/US$.

Senada, para ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 akan stagnan di level 5%.

Ekonom Senior Indef Didik J Rachbini memaparkan alasannya karena selama ini tidak ada strategi kebijakan yang mampu melepaskan sektor industri dari jebakan deindustrialisasi dini. Terbukti, Purchasing Managers' Index (PMI) sektor tersebar di dalam kue ekonomi ini terus menurun dan jatuh di bawah 50%

"Dengan sektor industri yang diabaikan tanpa kebijakan berarti seperti ini, apakah layak kita berharap tumbuh 8%?" ujar pria yang juga menjabat Rektor Universitas Paramadina itu.

Menurut dia, sektor industri tumbuh rendah, yakni hanya di kisaran 3%-4% dalam beberapa tahun. Kondisi ini menunjukkan kinerja yang tidak memadai untuk mencapai pertumbuhan di atas 5%, apalagi 7% seperti target mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) atau target 8% pada pemerintahan Prabowo Subianto.

"Jika industri tumbuh rendah seperti ini, maka lupakan target yang tinggi tersebut. Selama pemerintahan Jokowi sektor ini diabaikan, sehingga target pertumbuhan 7% sangat meleset," tegas Didik.

Dia memaparkan sektor industri telah terjebak ke dalam proses deindustrialisasi dini, sehingga jebakan ini harus diterobos dengan reindustrialisasi berbasis sumber daya alam Indonesia yang kaya, bersaing dan memenangkan pasar internasional yang luas dan otomatis berjaya di pasar domestik.

Selanjutnya, BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk keseluruhan 2024 di bawah 5,1%. 

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2024 sedikit di bawah prakiraan dipengaruhi oleh lebih rendahnya permintaan domestik, baik konsumsi maupun investasi.

"Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi 2024 diprakirakan sedikit di bawah titik tengah kisaran 4,7–5,5%," ujar Perry.

Dengan demikian, BI memprediksi pertumbuhan ekonomi 2024 akan berada di bawah titik tengah 5,1%.

(lav)

No more pages