Pemerintah tahun lalu telah menyetujui perseroan untuk melakukan ekspor konsentrat tembaga sekitar 840.000 wet metric ton (WMT) pada periode Juli—Desember 2024. Sementara itu, produksi konsentrat tembaga Freeport ditargetkan sebanyak 3,7 juta ton pada 2024, naik dari tahun sebelumnya sebanyak 3,4 juta ton.
Adapun, larangan ekspor konsentrat tembaga telah resmi berlaku sejak 1 Januari 2025. Hal ini termaktub pada Peraturan Menteri (Permen) Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No 6/2024 tentang Penyelesaian Pembangunan Fasilitas Pemurnian Mineral Logam di Dalam Negeri telah berlaku sejak 1 Januari 2025.
Berdasarkan regulasi tersebut, relaksasi ekspor hanya diberlakukan bagi pemegang izin yang sedang menyelesaikan pekerjaan pada fasilitas pemurniannya (smelter) dan telah memasuki tahap commissioning fasilitas pemurniannya; yang dibuktikan dengan pembangunan fisik fasilitas pemurnian tersebut dan penilaian terhadap kesiapan, kelengkapan, kesesuaian dan/atau kelaikan peralatan dan instalasi untuk menjamin keandalannya.
Permen ESDM No. 7/2023 yang telah dicabut dan diganti oleh Permen ESDM No. 6/2024 tersebut kini telah membuat pemberlakuan larangan ekspor mundur lebih jauh lagi menjadi 1 Januari 2025, sehingga kegiatan ekspor mineral logam tertentu hanya sampai 31 Desember 2024.
VP Corporate Communications Freeport Indonesia Katri Krisnati sebelumnya menyebut terhambatnya proses penerbitan izin ekspor konsentrat tembaga pada 2025 akan berpengaruh terhadap kegiatan usaha perseroan di tingkat hulu.
Dia mengonfirmasi proses diskusi dengan pemerintah, agar PTFI masih dapat melakukan penjualan konsentrat tembaga pada tahun ini, masih berlanjut.
Dengan kata lain, hingga kini izin ekspor konsentrat tembaga masih belum dikantongi perusahaan setelah masa berlakunya habis per 31 Desember 2024.
Usai kebakaran pada fasilitas pemisahan gas bersih atau gas cleaning plant pada 14 Oktober 2024, padahal, smelter katoda tembaga Freeport di Manyar, Gresik, Jawa Timur masih dalam proses perbaikan sehingga operasinya pun terpaksa dihentikan.
“Hal ini tentunya akan berdampak pada kapasitas penyimpanan konsentrat kami, baik di pelabuhan Amamapare, maupun di smelter PTFI yang akan penuh dalam beberapa waktu ke depan,” ujarnya saat dimintai konfirmasi, Jumat (3/1/2025).
(wdh)





























