Ia menyebut, dari laba BRI sebesar Rp60 triliun, perusahaan telah membayarkan dividen Rp48 triliun, yang mayoritas kembali ke negara melalui pemerintah sebagai pemegang saham terbesar.
"Kita kembalikan kepada negara. Lebih daripada kita membayar dividend dan pajak kepada negara itu Rp36 triliun. Itulah yang masuk ke APBN dan digunakan untuk berbagai program pemerintah yang kembali ke rakyat," ungkapnya.
Oleh karena itu, dia berharap masyarakat Indonesia, khususnya pelaku Usaha Mikro Kecil Menenga (UMKM), dapat memanfaatkan peluang ini untuk menjadi pemegang saham BRI dalam jangka panjang. Dengan menyisihkan 10%-20% pendapatan bulanan untuk investasi, masyarakat tidak hanya akan menikmati dividen tahunan, tetapi juga berpotensi mendapatkan capital gain di masa depan.
"Pertama adalah dari bisnisnya dia sendiri itu untung, disupport oleh kredit BRI segala macam. Kemudian kalau dia punya uang disisikan untuk investasi di BRI nanti kalau misalnya BRI-nya bagi dividen setiap tahun pasti dapat. Kalau ada capital gain, juga dapat."
"Baik dan buruk BRI ini akan dirasakan oleh masyarakat. Makanya semua harus sama-sama mengangkat, mendorong supaya BRI ini berkinerja baik dan kemudian memberikan return yang baik juga," pungkasnya.
Sekadar catatan, Pada perdagangan saham kemarin, Rabu 15 Januari 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau dengan keberhasilan menguat 122,89 poin (1,77%) di posisi 7.079,56.
Pasar merespon keputusan Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan, BI Rate, dengan mulai mengakumulasi saham-saham rate sensitive.
Sejalan dengan IHSG yang bullish, investor asing gencar melangsungkan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp593,86 miliar pada perdagangan saham di seluruh pasar. Sama halnya, di pasar reguler investor asing juga mencatat net buy sejumlah Rp563,66 miliar.
Adapun investor asing mencatatkan net buy terbanyak pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp429,12 miliar. Dengan derasnya aksi beli, saham Bank BRI berhasil melesat 7,63% menuju Rp4.090/saham.
(dhf)
