Tekanan yang melanda rupiah pada perdagangan Kamis ini berlangsung ketika arus jual menguat tajam di pasar saham maupun surat utang negara.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejauh ini semakin ambles dengan penurunan nilai hingga 1,89%, terlempar dari zona 7.000-an. Sementara di pasar surat utang, yield SUN 10 tahun makin naik di 7,09%. Tenor 5Y juga masih tinggi di 7,05%. Adapun tenor pendek 2Y di 7,03%.
Menjelang tutup pasar valas, BI terlihat mengintervensi dan akhirnya menarik lagi rupiah ditutup di Rp16.290/US$, mencerminkan pelemahan 1,23% dan merupakan level terlemah rupiah sejak akhir Juli atau dalam lima bulan terakhir.
Kuatnya tekanan yang dihadapi oleh rupiah terutama karena gelombang jual yang masif berlangsung di pasar portofolio. Investor asing diduga terus melanjutkan aksi pelepasan aset, keluar dari pasar keuangan Indonesia.
Data terakhir yang dilansir oleh otoritas, nilai capital outflow selama kuartal IV-2024 hingga data transaksi 16 Desember lalu, telah mencapai US$2,4 miliar. Dengan kurs dolar AS hari ini, angka itu setara dengan Rp39,12 triliun.
Bank Sentral Pusing
Bank-bank sentral di seluruh Asia menghadapi dilema besar setelah The Fed mengisyaratkan pendekatan yang lebih hawkish. Mereka harus memilih antara melawan kekuatan dolar yang mahal atau membiarkan mata uang mereka terus melemah.
Isyarat dari The Fed yang menunjukkan inflasi kembali menjadi perhatian utama menyebabkan aksi jual tajam pada mata uang Asia, Kamis (19/12/2024).
Rupee India mencetak rekor terendah baru terhadap dolar AS, sementara won Korea jatuh ke level terendah sejak krisis keuangan. Indeks Dolar Asia Bloomberg turun sekitar 0,4%. Bank Sentral China atau People's Bank of China (PBOC) mencoba mendukung yuan melalui penetapan suku bunga acuannya.
Langkah ini kembali memunculkan pertanyaan sejauh mana bank sentral di Asia bersedia mempertahankan mata uang mereka dan seberapa efektif langkah-langkah tersebut. Data menunjukkan mata uang di kawasan ini telah kehilangan hampir 4% nilainya terhadap dolar tahun ini meskipun The Fed memangkas suku bunga.
“Sulit melawan penguatan dolar terhadap mata uang Asia karena pergerakan ini terutama didorong oleh dolar. Bank sentral regional harus bersikap defensif untuk meredam tekanan depresiasi dan menjaga pasar valas tetap teratur,” kata Wee Khoon Chong, ahli strategi di BNY Mellon Hong Kong, dilansir dari Bloomberg News.
Beberapa bank sentral di Asia telah mengambil pendekatan berbeda terhadap kekuatan dolar. Bank Indonesia secara terbuka mengumumkan intervensinya di pasar domestik, mengirimkan sinyal tegas kepada pelaku pasar.
Sementara itu, Bank Sentral India atau Reserve Bank of India menggunakan kombinasi kontrak offshore dan onshore demi mendukung rupee tanpa pernyataan resmi. Bank sentral lainnya memilih untuk memantau pasar secara cermat.
Bank Indonesia menyatakan telah mengintervensi pasar hari ini demi menahan nilai rupiah.
"Ya betul, BI melakukan intervensi di spot, DNDF dan pasar SBN sebagai bagian dari upaya stabilisasi nilai tukar rupiah," kata Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Fitra Jusdiman kepada Bloomberg Technoz, Kamis siang ini.
Intervensi dilakukan di tiga penjuru yaitu di pasar spot valas, pasar forward domestik dan pasar SBN.
Fitra menjelaskan, bank sentral berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan akan terus melakukan upaya stabilisasi secra terukur dan tepat waktu sesuai dengan kondisi volatilitas.
"Sebagaimana disampaikan Gubernur BI pasca Rapat Dewan Gubernur kemarin, BI commit menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Pergerakan nilai tukar rupiah dan juga nilai tukar negara lain saat ini cenderung sebagai dampak dari outlook kebijakan AS, pemerintah maupun The Fed," kata Fitra.
Sebagian analis memperkirakan rupiah bisa makin terjerumus mendekati level rekor terlemah sepanjang sejarah bila kondisi pasar tidak membaik.
Rupiah sempat menyentuh level terlemah di pasar spot pada 21 Juni 2024 di level Rp16.450/US$.
Sementara level terlemah rupiah sepanjang sejarah di luar episode krisis moneter 1998, terjadi pada saat pandemi Covid-19 pecah. Kala itu rupiah ambles ke level Rp16.575/US$.
(rui/aji)




























