Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Setelah terus mengalami fase bearish dalam beberapa pekan terakhir, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) diproyeksi mengalami penguatan tipis menjelang akhir 2024 hingga memasuki 2025.

Dalam kaitan itu, BMI —lengan riset Fitch Solutions, bagian dari Fitch Ratings — mengestimasikan rerata harga CPO di Bursa Malaysia pada 2024 mencapai MYR3.850/ton, naik tipis 2,67% dari proyeksi sebelumnya di MYR3.750/ton.

“Sejak edisi sebelumnya dari perkiraan harga minyak sawit triwulanan kami, yang diterbitkan pada Mei 2024, harga rata-rata pada 2024 telah sedikit menurun, dari MYR3.973/ton pada 14 Mei menjadi MYR3.952/ton pada 9 Agustus, tetapi tidak sampai pada tingkat yang kami antisipasi. Untuk itu, kami melakukan revisi ke atas terhadap perkiraan harga kami,” papar tim riset BMI dalam laporannya, Rabu (21/8/2024).

Proyeksi harga CPO./dok. BMI

CPO telah naik 0,70% secara year to date (ytd) hingga 9 Agustus ketika harga menutup sesi perdagangan di MYR3.74/ton, atau 0,64% lebih rendah dari levelnya 12 bulan sebelumnya.

Pada 5 Agustus, harga CPO anjlok 3,32%, yang menandakan kerugian terbesar kedua dalam satu sesi pada 2024, menyusul penurunan 3,80% pada 4 Juni. Harga turun lebih lanjut sebesar 2,17% pada 6 Agustus, yang mengakibatkan akumulasi kerugian sejak akhir Juli menjadi 5,19%.

“Pada gilirannya, kami telah menaikkan perkiraan harga rata-rata CPO untuk 2025 dari MYR3.500/ton menjadi MYR3.650/ton,” papar BMI.

Tekanan ke Bawah

Dalam jangka pendek, lanjut mereka, CPO masih akan menghadapi tekanan ke bawah.

Beberapa faktor di antaranya adalah apresiasi ringgit Malaysia, dengan nilai tukar US$/MYR turun dari 4,620 pada akhir Juli menjadi 4,225 pada 6 Agustus karena ekspektasi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed), serta ekspektasi positif untuk ekspor Malaysia, yang membebani harga sekuritas berdenominasi MYR.

Proyeksi harga CPO akhir 2024 hingga awal 2025./dok. BMI

Risiko lainnya adalah penjualan aset berisiko yang dipicu oleh gejolak di pasar global, dengan S&P 500 turun 6,08% antara 31 Juli dan 5 Agustus, dan penurunan harga minyak mentah terkait, dengan sentimen negatif yang mengimbangi meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, yang pada akhirnya memangkas permintaan bahan baku biofuel.

Pasar minyak sawit sejak itu telah stabil dan berhasil menutupi sebagian kerugiannya di awal bulan, dengan akumulasi kerugian dipangkas menjadi 4,12% pada penutupan 11 Agustus.

“Meskipun demikian, kami percaya bahwa sentimen di pasar minyak sawit masih rapuh, yang dapat menyebabkan kemunduran lebih lanjut,” terang laporan tersebut.

“Selain itu, tim Risiko Negara kami memiliki pandangan positif terhadap perkembangan jangka pendek ringgit Malaysia, mengantisipasi apresiasi lebih lanjut hingga akhir 2024 dan hingga 2025, yang —jika semua hal lain sama — akan membebani harga kontrak berjangka minyak sawit berdenominasi MYR.”

(wdh)

No more pages