Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sentimen pasar global yang telah membaik pasca rilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) Amerika pekan lalu, kemungkinan akan memberikan peluang penguatan pada pergerakan rupiah spot pada hari pertama pekan ini, Senin (3/6/2024).

Namun, peluang itu sepertinya masih relatif terbatas seiring sinyal pelemahan yang masih terlihat di pasar offshore. Rupiah NDF di bursa New York pekan lalu masih ditutup melemah di antara Rp16.257-Rp16.264/US$, sementara pagi ini terlihat bergerak stagnan di kisaran Rp16.253-Rp16.264/US$. Level itu masih lebih lemah dibanding posisi penutupan rupiah spot pekan lalu di Rp16.250/US$. 

Pergerakan rupiah offshore itu berlangsung di tengah indeks dolar AS yang melemah tipis pasca rilis data inflasi PCE. 

Pagi hari ini, bursa Asia dibuka menguat dengan pergerakan mata uang yang juga menguat dipimpin oleh won Korea Selatan yang menguat 0,34%. Baht Thailand juga menguat 0,12%, sementara yuan offshore menguat tipis 0,1%.

Pasar keuangan global mendapatkan angin segar setelah data inflasi PCE Amerika, yang menjadi salah satu indikator favorit Federal Reserve dalam menentukan kebijakan moneter, mencatat angka sesuai ekspektasi pasar.

Angka inflasi yang disesuaikan belanja konsumen secara tak terduga juga melemah 0,1%, terseret penurunan pengeluaran barang dan belanja jasa yang lebih lemah. Pertumbuhan upah, yang menjadi penyebab utama kenaikan permintaan, juga telah melambat.

Data-data itu mendukung skenario softlanding perekonomian AS dan memberi peluang lebih besar bagi The Fed untuk melakukan pelonggaran moneter tahun ini.

Para pemodal kembali melakukan pertaruhan dengan menyerbu lagi aset-aset saham maupun surat utang. Yield Treasury bergerak turun di semua kurva di mana UST-10Y saat ini terpantau di 4,495%, sedangkan tenor 2Y bergerak ke 4,873%.

Hari ini, perhatian pelaku pasar global akan terarah pada data industri manufaktur Amerika, S&P Global US Manufacturing Index, berikut ISM manufaktur. Disusul keesokan hari adalah rilis rekrutmen lapangan kerja swasta, JOLTS job opening serta data factory order.

Sementara dari dalam negeri, pemodal akan mencermati pengumuman data inflasi Mei oleh Badan Pusat Statistik siang nanti yang didahului oleh data PMI Manufaktur untuk Mei pagi ini yang dilaporkan angkanya turun meski masih di zona ekspansi yaitu dari 52,9 pada April menjadi 52,1 pada Mei. Pekan ini, Bank Indonesia juga akan mengumumkan data cadangan devisa pada Jumat nanti.

Analisis teknikal

Secara teknikal nilai rupiah berpotensi bangkit hari ini, setelah tekanan di pasar mulai sedikit mereda di saat penutupan perdagangan pekan kemarin. Rupiah berpotensi menguat ke resistance terdekat pada level Rp16.220/US$, resistance potensial selanjutnya menuju Rp16.200/US$, dan juga terdapat Rp16.150/US$ - Rp16.100/US$ sebagai level paling optimis penguatan rupiah dalam tren jangka menengah, atau dalam sepekan, dengan time frame daily.

Selanjutnya nilai rupiah memiliki level support psikologis pada level Rp16.300/US$. Apabila level ini berhasil tembus, maka mengkonfirmasi laju support selanjutnya pada level Rp16.350/US$ yang makin menjauhi MA-50, dan MA-100.

Analisis Teknikal Nilai Rupiah Senin 3 Juni 2024 (Riset Bloomberg Technoz)

(rui)

No more pages