Logo Bloomberg Technoz

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2023 Tidak Akan Lampaui 2022

Rezha Hadyan
29 March 2023 13:19

Aktivitas pengendara di Jalan Jend. Sudirman, Jakarta, Indonesia (Dok Bloomberg/Muhammad Fadli)
Aktivitas pengendara di Jalan Jend. Sudirman, Jakarta, Indonesia (Dok Bloomberg/Muhammad Fadli)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diproyeksi tidak akan melampaui capaian tahun lalu sebesar 5,31%. Inflasi menjadi faktor yang memberikan pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional hingga akhir tahun ini.

Menurut Senior Economist DBS Bank Radhika Rao, tahun ini kenaikan harga komoditas pangan dan bahan bakar akan menjadi faktor pendorong inflasi. Apabila tidak dikendalikan dengan baik, daya beli masyarakat akan tergerus yang tentunya mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat.
 
Menurunnya tingkat konsumsi masyarakat tentu saja akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, konsumsi menyumbang 51,87% produk domestik bruto (PDB) dari sisi pengeluaran.
"Pemerintah harus menjaga ketersediaan pasokan beras sebagai komoditas pangan utama lewat langkah administratif. Mulai dari impor hingga mengoptimalkan penyerapan dari panen raya," katanya dalam Group Discussion Bank DBS di Jakarta, Selasa (28/3/2023).
 
Dengan situasi seperti yang disampaikan, Radhika memproyeksi tingkat inflasi Indonesia pada semester I-2023 berada di kisaran 4,5-5%. Adapun, pada semester II 2023, tingkat inflasi akan turun hingga kurang dari 4% atau jauh membaik.
 
"Artinya ini kembali kepada target [yang sudah ditetapkan] pada semester II 2023 oleh Bank Indonesia [BI] sebesar 3% plus minus 1% sejalan dengan penurunan harga komoditas global," tuturnya.
 
Lebih lanjut, tingkat inflasi yang membaik membuka peluang BI untuk menahan suku bunga acuan BI 7 Days Repo Rate di level 5,75% sampai akhir tahun ini. Ditahannya suku bunga acuan itu juga tidak terlepas dari proyeksi suku bunga acuan bank sentra Amerika Serikat (AS), The Fed.
 
The Fed diperkirakan hanya akan menaikkan suku bungaa acuannyaa satu kali lagi pada Mei 2023 sebesar 0,25 basis poin. Langkah tersebut merupakan respon atas penurunan tingkat inflasi AS dibandingkan dengan tahun lalu.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Lana Soelistianingsih menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan bisa stabil di kisaran 5%. Syaratnya, inflasi dan konsumsi rumah tangga harus dijaga karena komponen ini menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
"Tahun ini, inflasi melambat dibandingkan tahun sebelumnya. Kalau daya beli masyarakat baik, konsumsi meningkat, dan kontribusinya terhadap PDB itu 55-60%," kata Lana di Jakarta, Kamis (9/3/2023).
Saat pandemi COVID-19 melanda, lanjut Lana, mobilitas masyarakat sangat terbatas. Namun pada 2021-2022 sudah jauh lebih baik seiring pandemi yang kian terkendali. "Ini terkonfirmasi dari penjualan ritel yang membaik, nilai transaksi dengan kartu kredit dan e-money naik signifikan," katanya.
Ketika pandemi, tambah Lana, masyarakat menjadi lebih rajin menabung untuk berjaga-jaga akan kemungkinan terburuk. Ketika mobilitas kembali dibuka, terjadi euforia belanja dan konsumsi tumbuh tinggi.

"Simpanan saat Covid-19 naik sampai double digit. Ketika mobilitas dibuka, masyarakat melakukan konsumsi dengan cepat menggunakan simpanannya itu," tuturnya.

Permintaan yang masih kuat ini, demikian Lana, bisa menjaga pertumbuhan ekonomi domestik. "Pertumbuhan ekonomi bisa stabil 5%, asalkan demand ada," ujarnya.