Logo Bloomberg Technoz

Ekspor CPO Makin Lesu, RI Masih Terus Berharap pada China

Pramesti Regita Cindy
01 May 2024 14:30

Pepohonan tumbuh di perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Senin (13/6/2022). (Dimas Ardian/Bloomberg)
Pepohonan tumbuh di perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Senin (13/6/2022). (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menjelaskan volume ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) mengalami penurunan sampai dengan Februari 2024. Hal ini terjadi akibat turunnya permintaan dari konsumen terbesar, yaitu China.

"Volume ekspor cenderung menurun karena pertumbuhan ekonomi negara pengimpor yang kurang baik, dan supply minyak nabati yang lain juga meningkat," jelas Ketua Umum Gapki Eddy Martono, dalam paparannya, Selasa (30/4/2024).

"Kalau kita lihat perkembangan ekonomi, pertumbuhan ekonomi dari China sebagai importir minyak sawit terbesar untuk Indonesia juga terjadi penurunan. Artinya, terjadi perlambatan ekonomi yang mengakibatkan penurunan permintaan impor dari China," sambungnya.

Kinerja ekspor minyak sawit ke raksasa Asia timur itu pun tetap gagal terkatrol, kendati Indonesia dan China telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) untuk menaikkan ekspor CPO sebanyak 1 juta ton.

Pohon kelapa sawit di Kalimantan Tengah./Bloomberg-Muhammad Fadli

Menurut Eddy, Indonesia memang berhasil menaikkan lebih dari 1 juta ton ekspor CPO ke China hingga mencapai angka kumulatif sekitar 8 juta ton pada akhir 2023. Namun, perlambatan ekonomi Negeri Panda tetap lebih berpengaruh terhadap lesunya permintaan impor minyak sawit dari Tanah Air.