Logo Bloomberg Technoz

Investor Asing Serbu Pasar Surat Utang Indonesia

Ruisa Khoiriyah
24 March 2023 11:59

Ilustrasi Obligasi. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Ilustrasi Obligasi. (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pamor surat utang atau obligasi domestik tengah di atas angin menyusul perkembangan perekonomian di Amerika Serikat (AS) yang masih menyisakan kekhawatiran besar terkait tingkat resiliensi sektor perbankan negeri itu. Di saat yang sama, kejatuhan obligasi AT-1 pasca akuisisi Credit Suisse oleh UBS Group, membuka peluang serbuan dana asing dalam nilai besar ke pasar surat utang Indonesia.

Gelar lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk pada 21 Maret lalu mencatat kenaikan nilai penawaran masuk sebesar Rp 23,51 triliun, lebih tinggi 18% dibanding lelang sebelumnya pada 7 Maret. Lebih dari separuh nilai penawaran masuk itu menyerbu SBSN bertenor pendek yaitu PBS036 yang jatuh tempo pada 2025 nanti dengan nilai penawaran mencapai Rp 13,11 triliun.

Namun, pemerintah hanya menyerap Rp 6,25 triliun dengan yield rata-rata tertimbang (Weighted Average Yield/WAY) yang dimenangkan sebesar 6,4%, sedikit lebih tinggi dibandingkan yield seri yang sama dalam lelang sebelumnya sebesar 6,39%. Dari keseluruhan penawaran yang masuk ke enam seri yang dilelang, pemerintah akhirnya hanya menyerap total sebesar Rp 11 triliun.

Analis menilai, turbulensi yang melanda pasar portofolio negara maju seperti AS dan Eropa telah membuat para pemodal mengalihkan minat pada aset surat utang emerging market.

“Obligasi negara berkembang di Asia menyediakan tempat perlindungan [safe haven] sementara karena terbukti tenang. Pasar ini juga relatif terlindung dari peningkatan risiko kredit, kecuali kalau krisis perbankan semakin memburuk dan penyaluran dana mengetat,” papar Winson Phoon, Head of Fixed-Income Research di Maybank Securities yang berbasis di Singapura seperti dikutip oleh Bloomberg News, Kamis (23/3/2023).

Pemodal asing menyerbu pasar SUN imbas krisis perbankan AS dan Eropa (Bloomberg)