Logo Bloomberg Technoz

Buntut Krisis Bank, Fund Manager Incar Aset Emerging Market

Ruisa Khoiriyah
20 March 2023 08:57

Ilustrasi Pergerakan Pasar Saham Asia (Dok Bloomberg)
Ilustrasi Pergerakan Pasar Saham Asia (Dok Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Gejolak yang mencengkeram pasar keuangan global selama pekan lalu sepertinya belum akan mereda dengan cepat. Menutup pekan lalu, bursa saham di Amerika ditutup di zona merah menyusul kekhawatiran krisis perbankan akan terus meluas pasca First Republic Bank terlihat sempoyongan.

Ketakutan yang masih mendominasi pasar keuangan negara maju justru mendorong para pemodal berburu aset menarik di pasar emerging market, yang secara tradisional dinilai lebih berisiko.

Di Indonesia, minat investor asing kembali mendaki terutama di pasar obligasi. Kepemilikan asing di Surat Utang Negara (SUN) melesat naik sehari setelah Bank Indonesia (BI) memastikan menahan BI7DRR di level 5,75%. Mengutip data Kementerian Keuangan RI, posisi kepemilikan investor asing di SUN naik dalam tiga hari berturut-turut sejak 15-17 Maret. Bahkan pada Kamis, posisinya bertambah Rp 5,22 triliun dalam sehari, berlanjut pada Jumat naik lagi Rp 3,93 triliun. Sehingga total kepemilikan SUN oleh nonresiden mencapai Rp 805,78 triliun per Jumat (17/3/2023). Posisi itu adalah yang tertinggi sejak 28 Februari lalu. 

Menutup pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditutup menguat hampir 2% ke posisi 6.678,23. Pemodal asing mencatat net buy atau beli bersih di pasar saham domestik senilai lebih dari Rp 1 triliun. Sedangkan nilai tukar rupiah menghadapi dolar AS di pasar spot ditutup menguat tipis 35 bps ke level 15.345. Imbal hasil SUN tenor 10 tahun sedikit turun 0,72% dari hari sebelumnya ke posisi 6,906%.

Di tengah ketidakpastian yang masih meliputi pasar keuangan negara maju, situasi berbeda yang terjadi di emerging market relatif lebih memberikan kejelasan arah. Kasus Indonesia, misalnya, inflasi terlihat mulai jinak sehingga otoritas moneter cukup percaya diri mempertahankan bunga acuan di level saat ini. BI juga sudah bersiap memitigasi dampak tekanan terhadap nilai tukar rupiah jelang gelar rapat Federal Open Meeting Committee (FOMC) The Federal Reserves pekan ini, dengan amunisi lebih banyak.