Logo Bloomberg Technoz

Bursa Libur 2 Hari, IHSG Hadapi Risiko Downtrend

Ruisa Khoiriyah
22 March 2023 09:19

Karyawan melihat layar pergerakan saham (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (9/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Karyawan melihat layar pergerakan saham (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (9/3/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bursa saham domestik libur dua hari berturut-turut mulai Rabu ini. Ketentuan hari libur nasional oleh pemerintah memastikan, 22-23 Maret aktivitas bursa diliburkan memperingat Hari Raya Nyepi dan Cuti Bersama. Jumat 24 Maret, perdagangan saham akan kembali dibuka. Dua hari ditutup, pemodal masih akan memantau pergerakan pasar global mengingat malam nanti akan ada pengumuman penting bunga acuan The Fed yang akan mempengaruhi arah pergerakan pasar ke depan.

Performa aset-aset di kawasan emerging market termasuk Indonesia sempat dipuji karena cukup tangguh menghadapi gejolak mini-krisis yang melandai bursa Amerika dan Eropa sejak dua pekan terakhir. Meskipun selama pekan lalu indeks anjlok menghapus semua keuntungan sejak awal 2022. Ini pula yang perlu menjadi kewaspadaan para pemodal di pasar saham domestik. 

Dalam dua hari perdagangan pekan ini, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) fluktuatif. Setelah melemah hampir 1% pada Senin, indeks saham ditutup menguat 1,2% ke level 6.691,61, kemarin. Para pemodal asing mencatat net buy sebesar Rp 494,65 miliar, mengantarkan total beli bersih sepanjang Maret ini mencapai Rp 949,32 miliar.

Analis memperkirakan saham-saham di Bursa Efek Indonesia akan menghadapi masa-masa sulit dan perlu bersiap menghadapi lebih banyak kerugian di depan. Selain tertekan sentimen krisis perbankan di Amerika dan Eropa kemarin, saham-saham di bursa domestik juga menghadapi tekanan dari kinerja ekspor. Pembukaan lagi ekonomi China sejauh ini masih belum signifikan membangkitkan ekspor. 

Saham-saham domestik tengah berada di fase downtrend (Bloomberg)

Harga minyak sawit mentah (CPO), batu bara, minyak mentah, semuanya merosot tahun ini karena aktivitas manufaktur, konsumsi dan konstruksi China yang diperbarui belum mengimbangi penurunan permintaan akibat tren bunga tinggi global saat ini.