Kabinet perang Israel pada Jumat (15/03/2024) menyetujui serangan ke Rafah setelah warga sipil di kawasan tersebut dipindahkan. Kantor Netanyahu mengatakan Pasukan Pertahan Israel (Israel Defense Forces/IDF) sedang mengambil langkah-langkah untuk memindahkan 1,5 juta warga Palestina yang berlindung di kota tersebut.
Dalam pidato pada Kamis (14/03/2024), Schumer menyerukan pemilu di Israel untuk mengganti Netanyahu, yang katanya menjadi "hambatan" bagi perdamaian. Itu adalah teguran publik yang luar biasa terhadap Nertanyahu di tengah kekhawatiran yang semakin meningkat tentang jumlah korban warga sipil dari perang Israel melawan Hamas di Jalur Gaza. Kini, perang tersebut sudah memasuki bulan keenam.
Presiden AS Joe Biden memuji pernyataan tersebut, dengan mengatakan bahwa Schumer merupakan orang Yahudi Amerika terpilih dengan peringkat tertinggi dalam sejarah, telah menyampaikan "pidato yang bagus."
“Mayoritas warga Israel mendukung pemerintahan kami” dan menentang “menyerang negara Palestina,” kata Netanyahu kepada CNN. Schumer, seorang anggota Partai Demokrat asal New York, telah menjadi sekutu penting Israel di Kongres selama beberapa dekade.
Dalam rapat kabinet pada Minggu, Netanyahu mengatakan bahwa menghentikan perang "sebelum semua tujuan tercapai" berarti "Israel telah kalah perang, dan kami tidak akan membiarkan itu terjadi."
"Itulah mengapa kita tidak boleh menyerah pada tekanan ini, dan kita tidak akan menyerah padanya," kata Netanyahu. "Saya ulangi: Kami akan beroperasi di Rafah. Ini akan memakan waktu beberapa minggu, dan itu akan terjadi."
Netanyahu mengatakan serangan terhadap Rafah adalah satu-satunya cara untuk menghancurkan Hamas dan menciptakan tekanan militer yang diperlukan untuk membebaskan semua sandera. Dia meminta komunitas global untuk menekan Hamas dan sponsornya, Iran.
“Kepada teman-teman kami di komunitas internasional, saya katakan: Apakah ingatan Anda begitu pendek? Sebegitu cepatkah Anda melupakan 7 Oktober, pembantaian paling mengerikan yang dilakukan terhadap orang Yahudi sejak Holocaust?” kata Netanyahu.
"Sebegitu cepatkah Anda siap untuk menolak hak Israel untuk mempertahankan diri dari monster Hamas? Apakah Anda kehilangan hati nurani moral Anda begitu cepat?"
Israel juga akan mengirim delegasi ke Qatar untuk melanjutkan negosiasi kesepakatan pembebasan sandera, setelah proposal gencatan senjata yang diajukan sebelumnya oleh Hamas dikatakan mencakup tuntutan yang tidak masuk akal.
Perang Israel melawan Hamas dimulai setelah Hamas menyerbu Israel selatan pada 7 Oktober. Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 pria, wanita, dan anak-anak dan menyandera sekitar 250 orang. Lebih dari 130 sandera masih ditahan di Gaza.
Di sisi lain, Kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mengatakan bahwa lebih dari 31.000 orang telah tewas di Gaza selama perang.
Dengan serangan Rafah yang semakin dekat dan krisis kemanusiaan sedang berlangsung di Gaza, Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo pada Sabtu memperingatkan Israel agar tidak menggunakan kelaparan sebagai "senjata perang."
Sejumlah besar korban sipil yang akan diakibatkan oleh serangan terhadap Rafah akan membuat perdamaian regional "sangat sulit," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz pada hari Minggu setelah pembicaraan dengan Raja Abdullah dari Yordania.
Scholz juga berencana bertemu dengan Netanyahu pada Minggu dalam upaya untuk mendorong "gencatan senjata jangka panjang."
"Tidak mungkin orang-orang di Gaza yang melarikan diri ke Rafah langsung terancam oleh tindakan dan operasi militer apa pun yang dilakukan di sana," kata Scholz. Dia menambahkan bahwa Israel "memiliki hak penuh untuk mempertahankan diri."
(bbn)