Logo Bloomberg Technoz

Harga Beras Bikin Lebaran Tahun Ini Bakal Semakin Mahal

Tim Riset Bloomberg Technoz
01 March 2024 15:05

Ilustrasi penukaran uang jelang Idul Fitri. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi penukaran uang jelang Idul Fitri. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga beras yang melambung tinggi telah mengerek inflasi Februari melampaui prediksi. Inflasi beras pada Februari secara umum mencapai 18,41%, mendekati rekor tertinggi yang terjadi pada November ketika harga beras melesat 19,2%. Sementara di tingkat eceran inflasi harga beras telah naik lebih dari 19% secara tahunan.

Harga beras yang terus mendaki hingga sempat menembus Rp19.000/kilogram di tingkat eceran, mengancam daya beli masyarakat semakin lemah setelah sepanjang 2023 lalu konsumsi rumah tangga telah melambat karena tekanan harga pangan. 

Terlebih produksi beras berpotensi turun pada empat bulan pertama tahun ini di mana perkiraan produksi hanya sebesar 10,71 juta ton, menurun 17,52% year-on-year. Penurunan produksi beras adalah buntut dari penurunan produksi padi di mana pada periode yang sama produksi gabah kering giling (GKG) diperkirakan sebesar 18,59 juta ton atau turun sekitar 3,95 juta ton GKG, setara penurunan 17,54% dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Produksi beras yang masih seret bisa membuat harga beras bertahan di kisaran tinggi dan akan semakin melejitkan inflasi bahkan ketika puncak perayaan Ramadan dan Idulfitri belum terjadi April nanti. Normalisasi harga beras baru terbuka apabila ada guyuran lebih besar dari cadangan beras Bulog ke pasar.

Sejauh ini, pemerintah baru merealisasikan impor beras penugasan sebanyak 500.000 ton dari kuota 2 juta ton tahun ini. Bulog juga baru saja meneken pembelian beras sebanyak 300.000 ton dari Thailand dan Pakistan yang diharapkan bisa masuk dalam waktu dekat.

Pedagang membawa beras di kawasan Pejaten, Jakarta, Senin (11/9/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)