Logo Bloomberg Technoz

Kampanye Cuma Marak di Medsos, Belanja Pemilu Kurang Greget

Ruisa Khoiriyah
06 February 2024 14:55

Pedagang menjual atribut kampanye Capres nomor urut 1 Anies Baswedan di GOR Ciracas, Selasa (28/11/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pedagang menjual atribut kampanye Capres nomor urut 1 Anies Baswedan di GOR Ciracas, Selasa (28/11/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Musim kampanye Pemilu dan Pilpres 2024 terlihat tidak berhasil mengungkit laju pertumbuhan ekonomi akibat tren peralihan kampanye dari mode konvensional ke media sosial yang lebih murah dan menjangkau lebih banyak orang.

Alhasil, perekonomian Indonesia pada 2023 mencatat pertumbuhan terendah di tahun politik secara historis setidaknya dalam dua dekade terakhir.

Pertumbuhan ekonomi RI pada 2023 hanya 5,05%, melambat dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,31%. Ini menjadi pertumbuhan ekonomi terendah di tahun politik yakni ketika musim kampanye sudah dimulai setahun jelang jadwal pemilihan umum digelar.

Sebagai perbandingan, pada 2018 setahun sebelum gelar Pemilu 2019 dilangsungkan, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17%. Begitu juga pada 2013 dan 2008 yang masing-masing mencetak pertumbuhan ekonomi 5,56% dan 7,7%. 

Lazimnya, setahun sebelum pemilu digelar, belanja seputar kebutuhan kampanye dan konsolidasi politik, baik dari pemerintah maupun ormas, parpol dan masyarakat akan meningkat dan bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Namun, pada 2023 hal tersebut tidak terjadi. Pertumbuhan belanja rumah tangga justru melemah, hanya tumbuh 4,82% tahun lalu, padahal porsi sumbangan ke PDB lebih dari 50%.