Logo Bloomberg Technoz

Selain itu, pengembangan juga dilakukan untuk menghindari permasalahan rantai pasok pada masa depan. Apalagi, teknologi LFP dan NMC memiliki rantai pasok yang kompleks di mana litium dan nikel hanya dimiliki segelintir negara.

“Dengan demikian, memang mereka coba mencari opsi-opsi teknologi yang lain untuk menghindari risiko itu. Salah satunya mengembangkan teknologi baru, solid state itu mengganti litium dengan keramik,” ujarnya.

Saat ini, kata Fabby, perusahaan mobil listrik di dunia tengah menggunakan 2 teknologi baterai LFP dan NMC. Produsen mobil listrik asal China kebanyakan menggunakan LFP untuk produknya, di antaranya adalah Wuling dan Build Your Dreams (BYD). Walhasil, pangsa pasar LFP pada 2023 tumbuh hingga di atas 40% dari sebelumnya hanya 6% pada 2020.

Tidak dapat dimungkiri, saat ini NMC masih mendominasi pasar baterai mobil listrik. Namun, Fabby memproyeksikan bahwa LFP akan mendominasi pasar setelah 2027.

Alasannya, LFP memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan NMC, yakni lebih murah karena tidak menggunakan nikel dan memiliki siklus hidup lebih panjang. Penggunaan LPF juga bisa membuat harga kendaraan listrik lebih murah 30% dari NMC.

“Memang cocok [menggunakan LFP] kalau ingin mendorong pasar untuk kendaraan listrik, karena bisa lebih murah. Itu lah mengapa produsen China menggunakan LFP,” ujarnya.

Porsi peruntukan permintaan nikel dunia./dok. Bloomberg

Walaupun LFP diproyeksikan bakal mendominasi, kata Fabby, NMC masih tetap akan digunakan. Sehingga peningkatan permintaan LFP tidak serta merta akan menggerus permintaan NMC khususnya melalui program hilirisasi nikel yang saat ini tengah menjadi fokus pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).

NMC diproyeksikan bakal dialihkan untuk kendaraan berat seperti bus listrik, truk listrik bahkan kendaraan pertambangan yang lebih ramah lingkungan. Sebab, NMC memiliki keunggulan densitas energi yang tinggi.

“Kalaupun pangsa di mobil penumpang itu akan menurun, tapi dengan kendaraan listrik bergeser ke kendaraan heavy duty vehicle, truk, bus, kendaraan petambangan, kebutuhan (nikel) untuk baterai masih akan diperlukan,” ujarnya.

“Menurut pandangan saya, kebutuhan untuk nikel baterai pada 1 dekade mendatang tidak akan berkurang. Walaupun NMC pangsa pasar turun, tapi volume naik,” lanjutnya.

Di lain sisi, Faby pesimistis permintaan nikel masih akan tumbuh signifikan, apalagi pasokan nikel di Indonesia juga mengalami penurunan.

“Kadar nikel kita yang kadar tinggi semakin tipis, mungkin dalam waktu 7 tahun akan habis, tapi mengolah nikel kadar rendah masih banyak. Dengan perkiraan kecepatan ekstraksi sekarang, mungkin dalam 10—15 tahun cadangan nikel sudah menurun drastis. Jadi ketika orang tidak butuh nikel, mungkin nikel kita sudah habis juga. Atau ditambang dengan harga mahal, tapi kan tidak laku dengan harga mahal,” pungkasnya.

Ilustrasi baterai LFP. (Unsplash/Kumpan Electric)

LFP sebagai alternatif bahan baku baterai EV ramai diperbincangkan usai disebut oleh Calon Wakil Presiden Nomor Urut 02, Gibran Rakabuming Raka dalam debat cawapres Minggu (21/1/2024).

Setidaknya terdapat 3 produsen mobil listrik di Indonesia yang menggunakan LFP sebagai bahan baku baterai untuk produknya. Bahkan, raksasa otomotif China, BYD, yang baru-baru ini memasuki pasar di Indonesia juga menggunakan baterai LFP, bukan nikel.

Hilirisasi nikel, padahal, belakangan menjadi program yang diunggulkan oleh Presiden Joko Widodo. Jokowi mengatakan bahwa hilirisasi nikel mampu mendongkrak nilai ekspor Indonesia dari Rp30 triliun menjadi Rp510 triliun. 

Di lain sisi, Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi mengatakan bahwa pemerintah tidak keberatan bila produsen mobil listrik menggunakan bahan baku selain nikel untuk baterai, asalkan bahan baku berasal dari Indonesia. 

“Apakah harus nikel? buat kita hari ini di Indonesia ingin dorong open untuk teknologi besar, jadi bisa nickel based, LFP, hidrogen, atau sodium mungkin, tidak apa-apa juga. Nanti kita lihat, yang paling penting itu ada di Indonesia,” ujar Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves, Rachmat Kaimuddin pada pekan lalu.

(dov/wdh)

No more pages