Logo Bloomberg Technoz

Rupiah Berpeluang Menguat Awal Pekan, Curi Momen Pelemahan Dolar

Tim Riset Bloomberg Technoz
22 January 2024 08:10

Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Karyawan merapihkan uang rupiah di salah satu bank di Jakarta, Selasa (16/1/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Rupiah telah mencatat pelemahan tiga pekan berturut-turut sejak tahun baru. Memasuki pekan keempat Januari ini, pada perdagangan hari ini, Senin (22/1/2024), rupiah berpeluang membalik cerita dengan memanfaatkan momentum pelemahan dolar Amerika Serikat (AS).

Pekan lalu, dolar AS ditutup melemah dan pagi ini terlihat bergerak melanjutkan pelemahan sehingga memberikan ruang bagi mata uang yang menjadi lawannya untuk bangkit menguat. Sinyal penguatan rupiah sedikit terlihat dari pergerakan di pasar forward di mana kontrak NDF rupiah bergerak menguat tipis di kisaran Rp15.623/US$. Secara teknikal rupiah berpeluang melanjutkan penguatan dengan target terdekat ke level Rp15.590-Rp15.550/US$. 

Rupiah telah mencatat pelemahan mingguan dalam tiga pekan berturut-turut sehingga kehilangan sedikitnya 1,38% nilainya sejak awal tahun baru ini. Namun, ada peluang kebangkitan dengan animo asing yang kembali menebal pekan lalu. Bank Indonesia mencatat, pemodal nonresiden mencatat posisi beli bersih sebesar Rp7,66 triliun di pasar keuangan selama periode transaksi 15-18 Januari lalu terutama di pasar Surat Berharga Negara (SBN) dan Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Bila animo asing ini terus berlanjut, rupiah bisa mendapatkan sokongan yang ia butuhkan agar bergerak lebih stabil menghadapi volatilitas tekanan global.

Pelaku pasar global pekan ini akan banyak mengarahkan perhatian pada rilis data ekonomi penting terutama dari Amerika, Eropa dan China. Dari AS, pekan ini negeri dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia itu akan mengumumkan capaian pertumbuhan ekonomi 2023 pada Kamis pekan ini. Sementara Eropa akan melaporkan inflasi harga produsen dan penjualan ritel. Dari China, pemodal global menanti data keuntungan industri Desember yang bisa digunakan untuk menilai sejauh mana perkembangan pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.