Logo Bloomberg Technoz

Peredaran Uang Makin Seret, Roda Ekonomi RI Kurang 'Pelumas'

Ruisa Khoiriyah
16 January 2024 12:55

Pedagang melayani pembeli kembang api di Pasar Asemka, Jakarta Barat, Kamis (28/12/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Pedagang melayani pembeli kembang api di Pasar Asemka, Jakarta Barat, Kamis (28/12/2023). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Hari ini Bank Indonesia menggelar pertemuan rutin, Rapat Dewan Gubernur, sampai esok hari untuk merumuskan kebijakan moneter termutakhir di tengah kondisi perekonomian domestik yang semakin memperlihatkan gejala pelemahan.

Ancaman terhadap stabilitas nilai tukar akibat masih tingginya ketidakpastian global membatasi ruang gerak BI dalam membalik kebijakan yang lebih mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, sejatinya, situasi perekonomian saat ini sudah banyak memberikan peringatan.

Jumlah uang beredar terus menurun dalam dua bulan berturut-turut seiring langkah BI yang secara tak terduga menaikkan lagi bunga acuan BI rate demi menopang nilai tukar rupiah pada Oktober lalu. Perekonomian yang sudah melambat pada kuartal III-2023, semakin ketat, memukul daya beli.

Peredaran uang mencatat penurunan pertumbuhan dalam dua bulan berturut-turut. Pada Oktober dan November lalu, jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) tercatat hanya tumbuh masing-masing 3,4% dan 3,3%, lebih rendah dibanding September yang masih naik 6%.

Pada November, misalnya, penyebab perlambatan pertumbuhan uang beredar adalah karena jumlah uang kartal di luar bank umum dan BPR yang hanya naik 6,3% dari tadinya 6,7%. Begitu juga uang kuasi yang turun tajam, hanya tumbuh 4,9% dari 7,9% di bulan sebelumnya.