Logo Bloomberg Technoz

Cuan Global Bond Korporasi Indonesia Menguap

Ruisa Khoiriyah
07 March 2023 15:10

Seorang karyawan yang mengenakan sarung tangan pelindung menghitung uang kertas dolar AS di penukaran mata uang (Dimas Ardian/Bloomberg)
Seorang karyawan yang mengenakan sarung tangan pelindung menghitung uang kertas dolar AS di penukaran mata uang (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Tekanan ketidakpastian yang dihadapi pasar global semenjak Amerika Serikat (AS) menghadapi tantangan inflasi tinggi, telah mempengaruhi tingkat keuntungan obligasi dolar AS alias global bond yang diterbitkan oleh korporasi domestik. Tingkat keuntungan global bond milik perusahaan asal Indonesia selama 2023 telah tergerus akibat terus menerus tertekan sentimen arah bunga The Fed menyusul inflasi yang keras kepala di negeri itu.

Obligasi dolar AS terbitan korporasi Indonesia yang mengantongi rating investment grade hanya mencatat return sebesar 0,38% sejak awal tahun hingga 6 Maret, berdasarkan data yang dikompilasi oleh Bloomberg. Angka itu lebih rendah dibandingkan tingkat return obligasi dolar yang dirilis oleh korporasi di kawasan Asia sebesar 0,77% dan return rate yang dicetak korporasi global di angka 0,66%.

Kejatuhan performa obligasi dolar AS terbitan korporasi domestik tersebut mencerminkan terjadinya pergeseran sentimen terhadap aset-aset pasar negara berkembang (emerging market) menyusul situasi di negara-negara maju yang masih mencatat inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi nan tangguh. 

Obligasi dolar terbitan korporasi Indonesia dengan rating investment grade kehilangan return sepanjang tahun akibat sentimen bunga The Fed (Bloomberg)

Dana asing hengkang dari pasar Surat Utang Negara (SUN) selama Februari senilai hampir US$ 500 juta selama Februari, menandai arus modal keluar pertama sejak Oktober tahun lalu. Obligasi dolar AS masih terus tertekan kendati Bank Indonesia (BI) memberikan sinyalemen kenaikan bunga acuan belum akan dilakukan hingga akhir tahun menyusul laju inflasi yang semakin terkendali mendekati target bank sentral. 

Para trader di pasar obligasi yang berupaya menavigasi prospek bunga acuan global menghadapi tantangan tambahan untuk pasar obligasi Indonesia, mengingat kebanyakan obligasi dolar AS peringkat atas memiliki jatuh tempo di atas 10 tahun, persisnya 13 tahun, dibandingkan 7,25 tahun maturity date untuk obligasi sejenis di kawasan Asia.