Dia menilai IHSG akan berada di angka 8.100 pada 2024 atau mencapai nilai wajar di semester kedua setelah adanya kejelasan hasil pemilu dan suku bunga bisa lebih rendah.
“Secara valuasi IHSG layak untuk dihargai lebih tinggi karena secara Price to Earning ratio lebih rendah daripada India. Kami melihat beberapa negara yang punya lebih rendah Korea Jepang valuasinya lebih tinggi. Jepang bahkan valuasinya mendekati India,” imbuhnya.
Window Dressing
Menjelang akhir tahun 2023, Robertus memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih memiliki potensi penguatan pasar signifikan akibat aksi mempercantik portofolio oleh investor besar (window dressing) akhir tahun atau biasa disebut Santa Claus Rally terutama pada beberapa saham unggulan (blue chip).
Saham-saham unggulan itu dinilai masih memiliki valuasi yang cukup menarik untuk kembali diakumulasi. Beberapa dari saham tersebut adalah PT Astra International Tbk (ASII), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT XL Axiata Tbk (EXCL), dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA).
ASII memiliki valuasi rasio harga saham per laba (P/E) yang terus turun mendekati level Maret 2020 meskipun valuasi profitabilitas keuntungan ekuitas (ROE) yang meningkat. Harga saham dan valuasi TLKM juga membaik dari sebelumnya yang turun tajam. Saham blue chip lain adalah EXCL, di mana valuasi rasio harga saham per nilai buku (P/BV)-nya sudah turun ke bawah 1x.
‘’Menurut kami saham EXCL sudah cukup menarik, meskipun profitabilitas ROE tidak setinggi emiten lain di sektornya, tetapi emiten memiliki rencana besar untuk mengkonsolidasikan 750.000 pengguna jasa PT Link Net Tbk (LINK). Transaksi ini masih menunggu persetujuan regulator dan diharapkan selesai pada kuartal I/2024,’’ ujarnya.
Dia juga menyebut salah satu saham blue chip yang masih lagging dan menarik adalah AKRA di mana rasio P/E perusahaan masih cenderung stagnan, meskipun profitabilitas ROE masih terus mengalami kenaikan.
Baru-baru ini, tambah Robert, perusahaan logistik BBM itu telah menetapkan proyeksi pertumbuhan laba bersih mencapai 12%-15% yoy pada 2024 mendatang yang ditopang oleh permintaan BBM dan kimia dasar dari Kawasan Indonesia Timur, terutama dari industri pemurnian-peleburan hasil tambang dan mineral (smelter). Selain itu, perseroan juga optimistis penjualan lahan industri Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur akan mendukung kinerjanya.
(mfd/dhf)