Logo Bloomberg Technoz

Harga Cabai Meroket Sampai 44%, Inflasi November Diramal Naik

Hidayat Setiaji
30 November 2023 13:00

Pedagang mengambil cabai rawit hijau yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (18/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pedagang mengambil cabai rawit hijau yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (18/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Laju inflasi Indonesia pada November diperkirakan terakselerasi. Namun inflasi inti lagi-lagi melambat, perlambang permintaan yang kurang kuat.

Badan Pusat Statistik (BPS) dijadwalkan merilis data inflasi November pada 1 Desember esok hari. Konsensus yang dihimpun Bloomberg memperkirakan inflasi November ada di 0,23% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Lebih tinggi dibandingkan Oktober yang sebesar 0,17% mtm.

Jika terwujud, maka inflasi 0,23% akan menjadi yang tertinggi sejak April atau 7 bulan terakhir.

Dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy), inflasi November diperkirakan sebesar 2,7%. Lebih tinggi dari Oktober yaitu 2,56%.

Pada awal November, PT Pertamina (Persero) menurunkan harga BBM non-subsidi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamax Green. Tidak hanya Pertamina, perusahaan migas swasta pun menurunkan harga jual BBM mereka.