Logo Bloomberg Technoz

Indonesia menargetkan setidaknya delapan dari 15 proyek penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS) dapat beroperasi atau onstream pada 2030.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, awal Agustus, mengatakan total potensi penyimpanan karbon dari kedelapan proyek tersebut mencapai 26 juta ton karbon dioksida.

Menurutnya, Indonesia memiliki 9 waduk dengan potensi tampungan 12,2 miliar ton karbon dioksida yang dapat digunakan untuk mengembangkan proyek CCS dan CCUS.

Lantas, ada berapa proyek CCS/CCUS yang kini sedang dalam studi dan dikembangkan di Tanah Air? Berikut hasil rekapitulasi Bloomberg Technoz:

1. Blok Masela

Lapangan Migas yang berada di Maluku ini rencananya bakal mengembangkan teknologi CCS, seteIah Inpex Corporation, lewat anak usahanya Inpex Masela Ltd, telah resmi menyampaikan revisi rencana pengembangan lapangan atau plan of development (PoD) ke pemerintah.

Proyek tersebut diperkirakan memakan belanja modal hingga US$1,4 miliar atau sekitar Rp21 triliun. Tidak sendirian, Inpex-yang memegang mayoritas (65%) participating interest atau hak partisipasi Blok Masela menggarap proyek ini bersama dengan dua mitranya yakni  PT Pertamina (Persero) (20%) dan  Petroliam Nasional Nasional Berhad atau Petronas (15%).

2. Lapangan Gas Arun

Proyek CCS yang berlokasi di Aceh ini telah resmi diteken oleh Kementerian ESDM dan Gubernur Aceh pada Maret tahun ini. Pengembangan fasilitas dan pengoperasian CCS di lapangan gas Arun ini dilakukan oleh PT Pembangunan Aceh (PEMA) dan Odin/Carbon Aceh Pty Ltd.  

3. Sunda Asri-Basin

Wilayah cekungan yang berlokasi di bagian barat laut Jawa, atau selat Sunda ini dinilai memiliki potensi penyimpanan karbon hingga 2 gigaton. Pryoek rencananya akan dikerjakan oleh Pertamina dan ExxonMobil.

4. Kutai
 
Proyek CCS/CCUS Kutai and South Asri Basinini terletak di Provinsi Kalimantan Timur ini rencananya akan digarap oleh Pertamina dan Chevron.  Kedua perusahaan itu juga telah menghitung biaya investasi yang digelontorkan sekitar US1,1 miliar (Rp17,7 triliun). Wilayah itu disebut berpotensi memiliki penyimpanan karbon hingga 3,5 juta ton per tahun.

5. Tangguh

Proyek CCUS ini berlokasi di lapangan Tangguh, Papua Barat. Proyek digarap oleh BP Indonesia Tangguh yang menelan biaya investasi sebesar US$948 juta. Proyek selesai dan mulai berjalan diharapkan pada 2026. Proyek ini diklaim mampu menekan emisi karbon hingga 25 juta ton per tahun. Lapangan migas ini  berpotensi memiliki penyimpanan karbon sebesar 550,7 juta ton.

6. Gundih

Proyek CCUS berlokasi di Blora, Jawa Timur dioperasikan oleh Pertamina CoE ITB, dan J-Power. Proyek ini memiliki potensi penyimpanan karbon CO2 hingga 3 juta ton dalam 10 tahun.

Ditargetkan onstream pada 2030, proyek ini memakan nilai investasi sebesar US$105 juta.

Sejatinya, Kementerian ESDM mengklaim hingga saat ini tengah membidik total 15 proyek CCS/CCUS. Seluruhnya ditargetkan rampung dan onstream pada 2030. Seluruh royek itu  memakan nilai investasi sekitar US7,97miliar atau sekitar Rp123,6 triliun.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengatakan, ada 10 Provinsi yang berpotensi menjadi tempat proyek penyimpanan karbon tersebut, dengan perincian:

  • Papua Barat, dengan otensi penyimpanan 550,7 juta ton CO2
  • Jawa Timur dengan penyimpanan 110 juta ton
  • Maluku dengan potensi penyimpanan 70 juta ton
  • Jawa Barat dengan potensi penyimpanan 401,9 juta ton CO2 depleted oil gas dan 2.029 juta CO2 di lapisan saline aquifier
  • Sumatra Tengah dengan potensi penyimpanan 229 juta ton CO2
  • Sumatra Selatan dengan potensi penyimpanan 229 juta ton CO2 depleted oil gas dan 7.650 juta CO2 di lapisan saline aquifier
  • Kalimantan Timur dengan potensi penyimpanan 139,5 juta ton CO2 depleted oil gas
  • Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan dengan potensi penyimpanan 10 juta ton CO2, dan
  • Sulawesi Tengah dengan potensi penyimpanan 19 juta ton CO2.

(wdh)

No more pages