Logo Bloomberg Technoz

Bagi Anda yang berniat melaksanakan ibadah haji reguler dan mungkin sudah mendaftarkan diri serta mendapatkan nomor porsi (tahun keberangkatan) haji, perlu bersiap-siap andaikata ke depan biaya yang ditanggung oleh jamaah haji akan naik lebih tinggi lagi. 

Pasalnya, akibat pandemi yang membuat Arab Saudi membatasi pelaksanaan ibadah haji internasional selama 2 tahun, antrian keberangkatan menjadi semakin panjang. Di sisi lain, karena animo kedatangan jamaah haji maupun umroh semakin besar, inflasi biaya penginapan dan biaya-biaya seputar pelaksanaan haji pada akhirnya membuat kebutuhan biaya haji maupun umroh jadi semakin mahal.

Sebagai gambaran, pada 2019, total Bipih baru sebesar Rp 69.19 juta. Jeda pandemi telah melesatkan biaya menjadi Rp 97,8 juta, tertinggi dalam 9 tahun terakhir.

Supaya harapan Anda bisa berangkat haji bisa lancar terutama dari sisi biaya, penting untuk menempuh antisipasi kebutuhan biaya dari jauh-jauh hari. Dengan begitu, ketika antrian keberangkatan tiba, Anda memiliki cukup dana untuk melunasi ongkos haji dan bisa berangkat ke Tanah Suci.

Menurut Kementerian Agama, rata-rata waktu antrian keberangkatan haji nasional saat ini mencapai 26 tahun dengan masa antrian terpanjang mencapai 46 tahun. Ini berarti, bila Anda mendaftar tahun ini dan sudah mendapatkan nomor porsi, kemungkinan tahun keberangkatan masih 26 tahun ke depan. 

Waktu antrian yang panjang berarti juga Anda perlu bersiap terhadap inflasi biaya jangka panjang. Namun, di sisi lain, Anda berarti memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan kebutuhan dananya kelak.

Pilihan Investasi untuk Persiapan Biaya Haji

1. Emas

Pertumbuhan harga emas batangan di Divisi Logam Mulia Antam dalam 10 tahun terakhir mencapai 96,5% atau hampir 10% per tahun. Di sisi lain, 10 tahun silam tepatnya tahun 2013, biaya haji mencapai Rp 34,7 juta per orang. Dengan demikian, bila dibanding biaya tahun ini, kenaikannya mencapai 43,5%.

Harga emas di pasar global 10 tahun terakhir (Bloomberg)

Kenaikan harga emas jauh lebih tinggi ketimbang ongkos haji, dengan begitu Anda bisa menggunakan emas sebagai instrumen untuk mengumpulkan ongkos berhaji. Misalnya, kebutuhan biaya haji sebesar Rp 50 juta, setara dengan 48 gram emas per Senin (20/2/2023). Anda bisa mengumpulkan biaya haji dengan cara membeli emas secara rutin sebesar 1 gram selama 48 bulan atau empat tahun. 

2. Saham Syariah

Indeks Saham Syariah Indonesia dalam 10 tahun terakhir rata-rata bergerak di level 180.6. Posisi terakhir ISSI adalah di level 211.357, Senin (20/2/2023). Artinya ada kenaikan sekitar 47% dari posisinya pada 2013 silam. 

Indeks Saham Syariah Indonesia dari tahun ke tahun (Bloomberg)

Tingkat kenaikan indeks saham syariah masih di atas rata-rata kenaikan biaya haji. Ini berarti instrumen saham syariah cukup potensial membantu Anda mengumpulkan kebutuhan biaya haji sesuai tingkat inflasinya.

3. Obligasi Syariah 

Obligasi syariah ritel ada banyak pilihan mulai dari sukuk ritel, sukuk tabungan hingga Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) atau Sukuk Wakaf Ritel. Imbal hasil instrumen-instrumen syariah itu bervariasi. Untuk sukuk tabungan misalnya, imbal hasilnya sekitar 6,15% tahun lalu. Sedangkan sukuk ritel yang terakhir dirilis memberikan imbal hasil 5,9% per tahun. 

(rui/aji)

No more pages