Logo Bloomberg Technoz

Demi Jaga Rupiah, BI Pernah 'Kandangi' Pertamina

Ruisa Khoiriyah
11 October 2023 15:25

Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi rupiah dan dolar AS. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia menyebut kejatuhan nilai rupiah kemarin hingga melampaui Rp15.700-an salah satunya adalah akibat permintaan valas yang tinggi dari korporasi termasuk perusahaan pelat merah besar.

Permintaan valas yang tinggi di pasar di kala pemodal asing terus keluar dari pasar domestik membuat pasokan valas di pasar semakin ketat. Akibatnya, harga dolar AS melambung dan rupiah terperosok. Berkaca pada sejarah, jebloknya nilai rupiah karena permintaan valas yang tinggi, terutama dari BUMN besar dengan kebutuhan valas besar seperti PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), bukan kali ini saja terjadi.

Bank Indonesia bahkan sempat akhirnya memutuskan melarang BUMN itu masuk langsung ke pasar uang antar bank untuk memborong valas. Tujuannya, supaya pasar valas domestik tidak terdistorsi aksi borong dolar oleh BUMN yang ujung-ujungnya membuat rupiah merosot nilainya.

Larangan terhadap BUMN agar tidak memburu valas di pasar itu terjadi di era Gubernur BI Darmin Nasution pada kisaran 2013 lalu.

Darmin bercerita, seperti yang ia tulis dalam buku biografinya, rupiah hampir selalu jeblok setiap kali ada permintaan valas dari Pertamina.

Darmin Nasution, Gubernur BI Periode 2009-2013 (Dimas Ardian/Bloomberg)