Bloomberg Technoz, Jakarta - PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP) menjawab isu yang beredar terkait masuknya International Finance Corporation (IFC) sebagai salah satu pemegang saham. IFC dikabarkan akan masuk dengan membeli porsi kepemilikan STIC Eugene Star Holding.
Wakil Direktur Utama Bank BBKP Robby Mondong mengungkapkan, pada prinsipnya BBKP selalu terbuka terhadap segala bentuk peluang bisnis yang dapat dioptimalkan dan dapat memberikan added value bagi perseroan, termasuk masuknya investor baru. Upaya itu pun dilakukan dengan tetap memperhatikan alignment terhadap strategi yang telah disusun perseroan.
"Namun hingga saat pernyataan resmi ini ditulis, kami belum menerima pemberitahuan resmi dari pihak IFC mengenai rencana pembelian saham BBKP," kata Robby dalam keterbukaan informasi dikutip Kamis (14/9/2023).
Robby mengatakan dukungan pemegang saham pengendali yakni KB Financial Group melalui Kookmin Bank terhadap peningkatan kinerja Bank KB Bukopin telah berada di jalur yang benar.
"Bank KB Bukopin akan terus mengembangkan bisnis-bisnis yang sudah kami miliki di segmen retail, SME dan wholesale, sambil terus berekspansi lebih agresif, lebih strategik," ucapnya.
Sikap OJK
IFC, lembaga keuangan yang terafiliasi dengan Bank Dunia, sebelumnya dikabarkan akan mengakuisisi PT Bank KB Bukopin Tbk (BBKP). Berdasarkan informasi di pasar, IFC akan masuk dengan membeli porsi kepemilikan STIC Eugene Star Holding.
Eugene Star sendiri saat ini memiliki 17% saham BBPKP. Perusahaan merupakan pemegang saham terbesar kedua setelah Kookmin Bank Co., Ltd.. IFC dikabarkan memiliki agenda menjadikan Bukopin sebagai bank digital.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae merespons rumor tersebut. Ia tidak secara gamblang mengkonfirmasi isu yang beredar, namun pada saat yang bersamaan tak menampik tingginya minat investor asing terhadap bank domestik.
"Untuk Bukopin, dapat disampaikan secara umum kondisi dan kinerja bank terjaga. pada prinsipnya OJK selalu mendorong dan menjaga perbaikan kinerja Bukopin secara berkelanjutan termasuk upaya penguatan permodalan.," jelas Dian dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (11/9/2023).
Ia menambahkan, antusiasme investor asing untuk mengakuisisi bank di Indonesia cukup tinggi. Ini karena Indonesia merupakan negara dengan potensi besar, termasuk soal digitalisasi.
"Mengacu pada rilis Kemenko Perekonomian kuartal I-2023, 40% nilai transaksi digital di ASEAN berasal dari Indonesia. Pada prinsipnya perbankan Indonesia terbuka bagi masuknya investor dalam rangka memperkuat permodalan untuk mendukung dan menjaga pertumbuhan bank yang berkelanjutan dalam hal ini termasuk investor kepada bank dengan fokus bisnis layanan perbankan digital," tutur Dian.
Beberapa bank di Indonesia beroperasional dengan fokus pada layanan perbankan digital yang didukung dengan ekosistem yang menopang bisnis. "OJK sampai saat ini terus mencermati perkembangan bank dengan fokus layanan perbankan digital dan mendorong kinerja bank dengan mengedepankan aspek tata kelola yang baik," imbuhnya.
(mfd/dhf)