Logo Bloomberg Technoz

Segudang PR Indonesia Sebelum Bisa Jadi Raksasa Baterai EV Global

Sultan Ibnu Affan
13 September 2023 11:10

Pengunjung mengisi daya bateraimobil listrik SUV Volvo EX30 saat peluncurannya di Milan, Italia, Rabu (7/6/2023). (Francesca Volpi/Bloomberg)
Pengunjung mengisi daya bateraimobil listrik SUV Volvo EX30 saat peluncurannya di Milan, Italia, Rabu (7/6/2023). (Francesca Volpi/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta – Indonesia dinilai masih memiliki segudang pekerjaan rumah yang harus dituntaskan sebelum bisa menggapai target ambisius menjadi penguasa suplai baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dunia dalam dua dekade mendatang.

Peneliti energi dan tambang dari Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman mengatakan masalah pertama dalam ekosistem industri baterai adalah absennya tambang litium, sebagai bahan baku penting baterai EV.

“Untuk nikel kita nomor satu, tetapi kita enggak punya litium. Harus impor. Kemarin Vale Indonesia sudah bangun pabrik litium, hanya kan impornya dari Australia. Kelemahan kita di situ. Kalau untuk nikel, iya kita punya kontribusi 27% dari produksi dunia. Lalu, kita juga punya tembaga, bauksit, mangan, dan timah,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (13/9/2023).

Ferdy mengatakan rencana holding BUMN sektor pertambangan PT Mining Industry Indonesia (MIND ID) mengakuisisi tambang litium di Australia dan Afrika harus dikebut agar ekosistem industri baterai di dalam negeri dapat segera dirampungkan. 

Supplier komponen baterai (Sumber: Bloomberg)


Kedua, lanjutnya, adalah Indonesia masih berupaya menarik investasi pabrikan mobil listrik di dalam negeri. Ferdy menilai industri yang dibutuhkan di Tanah Air adalah baterai, bukan mobil listrik.