Logo Bloomberg Technoz

Yakin Bakal Laris, Pemerintah Kejar Rp 130 Triliun Dari SBN Ritel

Ruisa Khoiriyah
03 February 2023 20:39

Ilustrasi kemacetan DKI Jakarta (Muhammad Fadli/Bloomberg)
Ilustrasi kemacetan DKI Jakarta (Muhammad Fadli/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Pemerintah menargetkan penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) ritel senilai Rp 130 triliun tahun ini yang akan ditawarkan dalam berbagai jenis obligasi ritel. Target sebesar itu ditetapkan seiring upaya pemerintah meningkatkan pendalaman pasar keuangan dan mendorong pasar finansial domestik yang lebih stabil dan likuid.

"Kami targetkan tahun ini SBN Ritel Rp 130 triliun dengan pengembangan fitur baru SBN ritel salah satunya yaitu saving bond ritel yang tenornya lebih panjang sebagai diversifikasi instrumen bagi investor ritel yang "longer tenor, higher yield", tenor lebih lama dan imbal hasil lebih bagus," jelas Deni Ridwan, Direktur Surat Utang Negara Kementerian Keuangan RI, kepada Bloomberg Technoz, Jumat malam (3/2/2023).

Deni optimistis dengan terus didorongnya partisipasi investor domestik utamanya investor ritel sebagaimana tren yang juga terjadi di Amerika Serikat dan Jepang, pasar keuangan domestik akan menjadi lebih stabil dan inklusif. Antusiasme investor yang terlihat dalam penawaran Saving Bond Ritel (SBR) seri 012, akan terulang pada penerbitan SBN Ritel sepanjang 2023 nanti. 

SBR012 ditawarkan dalam dua tranches atau cabang yaitu SBR012-T2 dengan tenor 2 tahun dan kupon 6,15% dan SBR012-T4 dengan tenor 4 tahun dan kupon 6,35%. Instrumen investasi fixed income ini memakai skema kupon floating with floor yang dievaluasi setiap enam bulan sekali mempertimbangkan pergerakan bunga acuan Bank Indonesia.

Tren bunga acuan

Tren bunga acuan BI7DRR diprediksi masih akan naik lagi kendati di level moderat. Supaya menarik minat investor, pemerintah selaku bond issuer harus menawarkan kupon yang menarik di atas BI7DRR. Deni yakin hal itu tidak akan memberatkan keuangan negara kendati saat ini posisi utang RI sudah menembus Rp 7,733.99 triliun atau 39.57% dari PDB pada akhir tahun lalu.