Logo Bloomberg Technoz

Sanae Takaichi, Perdana Menteri Perempuan Pertama Jepang

Redaksi
21 October 2025 22:08

PM Jepang, Sanae Takaichi, saat konferensi pers di kantor perdana menteri di Tokyo, Jepang, Selasa (21/10/2025). (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

PM Jepang, Sanae Takaichi, saat konferensi pers di kantor perdana menteri di Tokyo, Jepang, Selasa (21/10/2025). (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Takaichi memenangkan pemungutan suara parlemen untuk menjadi perdana menteri Jepang. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Takaichi memenangkan pemungutan suara parlemen untuk menjadi perdana menteri Jepang. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Sanae Takaichi menjadikannya perempuan pertama yang menduduki jabatan tertinggi di pemerintahan negara tersebut. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Sanae Takaichi menjadikannya perempuan pertama yang menduduki jabatan tertinggi di pemerintahan negara tersebut. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Penunjukannya menandai momen bersejarah bagi masyarakat Jepang yang masih sangat didominasi laki-laki. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Penunjukannya menandai momen bersejarah bagi masyarakat Jepang yang masih sangat didominasi laki-laki. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Kepemimpinan terdebut bukti bahwa perempuan kini dapat menembus “plafon kaca” dan menempati posisi tertinggi. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Kepemimpinan terdebut bukti bahwa perempuan kini dapat menembus “plafon kaca” dan menempati posisi tertinggi. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Kepemimpinan Takaichi juga terjadi saat politik rapuh karena ia mengelola koalisi baru. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Kepemimpinan Takaichi juga terjadi saat politik rapuh karena ia mengelola koalisi baru. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

PM Jepang, Sanae Takaichi, saat konferensi pers di kantor perdana menteri di Tokyo, Jepang, Selasa (21/10/2025). (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)
Takaichi memenangkan pemungutan suara parlemen untuk menjadi perdana menteri Jepang. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)
Sanae Takaichi menjadikannya perempuan pertama yang menduduki jabatan tertinggi di pemerintahan negara tersebut. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)
Penunjukannya menandai momen bersejarah bagi masyarakat Jepang yang masih sangat didominasi laki-laki. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)
Kepemimpinan terdebut bukti bahwa perempuan kini dapat menembus “plafon kaca” dan menempati posisi tertinggi. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)
Kepemimpinan Takaichi juga terjadi saat politik rapuh karena ia mengelola koalisi baru. (Eugene Hoshiko/AP/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Sanae Takaichi menjadi perdana menteri perempuan pertama Jepang, dengan tantangan besar menanti. Yaitu, menekan keresahan publik atas biaya hidup, menjalin hubungan dengan pemerintahan Trump di Amerika Serikat (AS), dan mengembalikan kejayaan partai berkuasa yang mulai kehilangan dominasinya di pemilu.

Penunjukannya menandai momen bersejarah bagi masyarakat Jepang yang masih sangat didominasi laki-laki—sebuah bukti bahwa perempuan kini dapat menembus “plafon kaca” dan menempati posisi tertinggi dalam struktur kekuasaan negara.

Namun, momen ini juga mencerminkan pergeseran politik Jepang ke arah kanan, di tengah meningkatnya ketidakpuasan publik atas standar hidup yang dianggap stagnan, meningkatnya jumlah pendatang asing, serta kekhawatiran akan ketegangan keamanan di kawasan.

Kepemimpinannya telah diuji sejak awal, terutama setelah mundurnya mitra koalisi lama, Komeito, awal bulan ini. Meski sempat mengguncang stabilitas partai berkuasa dan memunculkan peluang bagi oposisi, Takaichi berhasil mengembalikan momentum dengan cepat lewat aliansi barunya bersama Ishin.

(red)