Logo Bloomberg Technoz

“Ekspektasi inflasi juga sepertinya tetap akan terjaga pada 2026,” sebut riset Samuel Sekuritas.

Apabila demikian, lanjut Samuel Sekuritas, maka ada harapan BI Rate bisa turun tahun depan. Namun selain inflasi yang terjaga, BI juga perlu memonitor perkembangan nilai tukar rupiah, kondisi permintaan domestik, dan dinamika pasar keuangan global.

“Jika inflasi tetap berada di kisaran target 2,5% plus minus 1 dan rupiah tetap stabil, maka ada ruang untuk penurunan suku bunga acuan yang terkalibrasi pada 2026. Terutama jika kemudian pertumbuhan ekonomi melambat,” tambah riset tersebut.

Sementara riset PT Bank Permata Tbk (BNLI) menyebut, laju inflasi mungkin akan terakselerasi seiring ambisi pemerintah yang ingin mendorong pertumbuhan ekonomi. Meski begitu, rasanya inflasi akan tetap terjaga di bawah 3%.

“Ini memungkinkan BI untuk mengambil posisi (stance) akomodatif dalam jangka menengah-panjang,” tulis riset itu.

Untuk 2026, Bank Permata memperkirakan inflasi akan terjaga di rentang 2-2,5%. Faktor eksternal sepertinya mereda seiring berkurangnya tekanan harga akibat perang dagang dan tensi geopolitik. Ini bisa menurunkan risiko tekanan imported inflation.

“Risiko domestik kini lebih dominan, seiring dengan ekspansi fiskal dan moneter akan meningkatkan likuiditas. Kami perkirakan dampak terhadap inflasi di kisaran 0,3-0,5 poin persentase,” ungkap riset Bank Permata.

Walau begitu, Bank Permata menilai inflasi akan terkendali karena ekonomi Tanah Air belum mencapai potensinya (negative output gap). “Kami tidak melihat inflasi akan melampaui 3% secara berkelanjutan,” sebut riset itu.

(aji)

No more pages