“Kalau sakit ya di rumah saja, atau hindari bertemu dengan bayi, orang tua, atau orang dengan komorbiditas,” katanya.
Menurut epidemiolog tersebut, permasalahan lain yang terjadi di berbagai belahan dunia adalah rendahnya cakupan vaksin influenza.
Hal serupa juga masih terjadi di Indonesia akibat berbagai faktor, termasuk minimnya literasi masyarakat terhadap pentingnya vaksin flu.
“Di Indonesia, literasi vaksin influenza masih sangat kurang. Ini yang akhirnya menyebabkan kekebalan komunal atau kekebalan kelompok menurun, sehingga virus flu bisa dengan cepat bersirkulasi dan menginfeksi,” jelasnya.
Padahal, vaksin influenza memiliki manfaat besar, terutama bagi kelompok berisiko.
“Vaksin ini penting karena bisa mencegah keparahan dan kematian, khususnya pada kelompok rentan, serta menjadi penghalang agar kelompok-kelompok rawan bisa terlindungi,” ungkapnya.
Dia juga menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemeriksaan dan perawatan sejak dini.
“Biasanya di Indonesia baru masuk rumah sakit ketika kondisinya sudah parah. Ini menunjukkan literasi kesehatan kita masih perlu waktu untuk ditingkatkan,” katanya.
Lebih lanjut, ia menilai potensi merebaknya flu di Indonesia pada akhir dan awal tahun cukup besar. “Sekitar 80–90% kasus flu bisa disebabkan oleh Subclade K, sehingga risiko lonjakan kasus perlu diwaspadai,” ujarnya.
Karena itu, dia mengimbau kelompok berisiko, khususnya lansia di atas 65 tahun, untuk segera melakukan vaksinasi influenza.
“Belum terlambat untuk vaksinasi. Saat ini Bio Farma juga menyediakan klinik vaksin, dan ini penting untuk mencegah keparahan, kematian, serta menekan hunian rumah sakit,” tutupnya.
(dec/naw)






























