Logo Bloomberg Technoz

Stephen Stanley, kepala ekonom AS di Santander US Capital Markets, menilai bahwa hasil pemungutan suara yang mendukung pemangkasan di tengah komite yang terbelah menunjukkan pengaruh kuat Gubernur Jerome Powell.

“Komite bisa saja mengambil arah mana pun, dan fakta bahwa FOMC melakukan pelonggaran adalah bukti nyata bahwa Ketua Powell mendorong dilakukannya pemangkasan,” tulis Stanley dalam sebuah catatan kepada klien.

Pada awal bulan ini, para pejabat memberikan suara 9 berbanding 3 untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar seperempat poin persentase—pemangkasan ketiga berturut-turut—menjadi kisaran 3,5% hingga 3,75%. Perpecahan terlihat jelas saat Deputi Gubernur Stephen Miran memilih opsi pemangkasan setengah poin, sementara Gubernur Fed Chicago Austan Goolsbee dan Jeff Schmid dari Kansas City memilih untuk tidak mengubah suku bunga.

Proyeksi suku bunga untuk tahun 2025 menunjukkan perpecahan yang lebih dalam di antara 19 pengambil kebijakan. Enam pejabat bahkan memberikan sinyal penolakan terhadap penurunan tersebut dengan merekomendasikan suku bunga acuan seharusnya tetap di angka 3,75% hingga 4% pada akhir tahun ini—level sebelum pertemuan Desember diadakan.

Sejalan dengan proyeksi tersebut, risalah menunjukkan bahwa sebagian pejabat menilai “kemungkinan akan tepat untuk mempertahankan kisaran target tetap tidak berubah untuk beberapa waktu setelah penurunan kisaran pada pertemuan ini.”

Meski proyeksi median suku bunga yang dirilis usai rapat mengarah pada satu kali pemangkasan seperempat poin pada 2026, proyeksi individual bervariasi cukup lebar. Para investor sendiri memperkirakan setidaknya dua kali penurunan suku bunga pada tahun mendatang.

Perpecahan Mendalam

Risalah tersebut menyoroti perbedaan pandangan yang tajam mengenai mana yang lebih mengancam ekonomi AS: inflasi atau angka pengangguran.

“Sebagian besar peserta mencatat bahwa pergeseran menuju kebijakan yang lebih netral akan membantu mencegah kemungkinan memburuknya kondisi pasar tenaga kerja secara drastis,” tulis risalah tersebut.

Namun di sisi lain, "beberapa peserta justru mengkhawatirkan risiko inflasi yang tinggi menjadi mengakar. Mereka berpendapat bahwa menurunkan suku bunga lebih jauh di saat inflasi masih tinggi bisa disalahartikan sebagai berkurangnya komitmen bank sentral terhadap target inflasi 2%."

Gubernur Powell, saat berbicara kepada wartawan usai pertemuan, menyatakan bahwa The Fed telah menurunkan bunga pada tingkat yang cukup untuk menjaga pasar tenaga kerja, sembari tetap menjaga bunga cukup tinggi untuk terus menekan inflasi.

Kualitas data ekonomi yang tersedia bagi para pejabat sempat terganggu akibat penutupan pemerintah (government shutdown) yang berlangsung sepanjang Oktober dan hampir separuh November. Namun, para pembuat kebijakan mencatat bahwa data baru dalam beberapa minggu ke depan akan sangat membantu proses pengambilan keputusan.

“Sebagian peserta yang mendukung atau bisa saja mendukung untuk mempertahankan kisaran target tetap tidak berubah menyarankan bahwa masuknya sejumlah besar data pasar tenaga kerja dan inflasi selama periode antarpertemuan akan sangat membantu dalam menilai apakah penurunan suku bunga memang diperlukan,” tulis risalah tersebut.

Sejak pertemuan tersebut, data terbaru belum mampu meredakan perbedaan pendapat di internal The Fed. Pada November, angka pengangguran naik menjadi 4,6%—level tertinggi sejak 2021—sementara harga konsumen naik lebih rendah dari perkiraan. Kedua data ini sebenarnya memperkuat posisi pendukung pemangkasan suku bunga.

Akan tetapi, ekonomi AS tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 4,3% pada kuartal ketiga, laju tercepat dalam dua tahun terakhir. Hal ini kemungkinan besar akan kembali memicu kekhawatiran inflasi bagi mereka yang menentang pemangkasan suku bunga bulan Desember.

(bbn)

No more pages