Logo Bloomberg Technoz

Anggaran MBG yang mencapai US$30 miliar per tahun mendorong defisit anggaran hingga ambang batas 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Anggaran setara dengan 14% dari PDB Indonesia ini melahirkan konsekuensi pemangkasan anggaran di bidang lain, yang cukup vital, seperti infrastruktur, operasional kantor, dan perjalanan dinas. 

Selain kebijakan fiskal kontroversial itu, langkah Presiden Prabowo yang mengikis pengaman ekonomi nasional serta memperluas peran militer dalam masyarakat sipil menyebabkan Indonesia kehilangan daya tarik di mata investor global. 

Tak bisa dibendung, investor asing pun berduyun-duyun hengkang dari pasar Indonesia. Melansir data Bloomberg, senilai US$1 miliar saham dan US$428 juta obligasi dilepas sepanjang bulan tersebut.

Obligasi pemerintah juga mencatatkan penjualan bersih oleh investor asing selama 11 sesi berturut-turut hingga 16 April. Sesi ini merupakan periode terpanjang sejak akhir 2022. 

Lemahnya mata uang rupiah pada April itu kemudian membuat arus modal keluar lebih cepat. Sementara upaya Bank Indonesia (BI) menopang rupiah kian menggerus cadangan devisa bank sentral. 

Pelemahan rupiah ini kemudian menambah tekanan bagi bank sentral yang harus menyeimbangkan upaya menopang nilai tukar sekaligus menjaga suku bunga tetap rendah demi mendukung pertumbuhan ekonomi.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sepanjang tahun 2025, data per 30 Desember 2025. (Sumber: Bloomberg).

Rupiah kembali menguat setelah pelemahan pada April dan bergerak di rentang Rp16.450 hingga sempat menguat ke posisi Rp16.110/US$ pada Agustus.

Pada akhir Agustus, kebijakan kontroversi kembali muncul dengan naiknya tunjangan rumah bagi anggota parlemen. Padahal kelas pekerja di Indonesia sedang memperjuangkan kenaikan upah di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit, kenaikan pajak, PHK massal dan inflasi yang menggerus daya beli masyarakat berpenghasilan rendah di Indonesia.

Ketimpangan ini membuat ribuan orang turun ke jalan untuk demonstrasi. Pada perdagangan Jumat (29/08/2025) rupiah tergerus 0,9% dan menjadi mata uang dengan kinerja terburuk di Asia, lantaran investor cemas.

Begitu juga dengan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 5Y dan 10Y naik 7,1 basis poin (bps) dan 4 bps.

Awal September, rupiah kembali menguat ke Rp16.304/US$ setelah presiden mengganti posisi menteri keuangan dari Sri Mulyani menjadi Purbaya Yudhi Sadewa.

Kekhawatiran pasar sedikit mereda lantaran positifnya rekam jejak menteri yang baru dan berjanji untuk menjaga fiskal tetap sehat dengan mengoptimalkan pengeluaran dan tidak mengganggu sistem keuangan.

"Kami akan mengikuti hukum yang berlaku (membatasi defisit maksimal 3% dari PDB)," kata Purbaya.

Tak lama setelah ganti menteri, akhir September nilai tukar rupiah kembali melemah 0,44% di Rp16.750/US$. Terlemah dalam lima bulan terakhir.

Pelemahan ini dipicu oleh sentimen kebijakan burden sharing yang memaksa BI menutupi kekurangan pembiayaan dengan menyerap obligasi negara. Para pelaku pasar juga terus mengurangi porsi kepemilikan surat utang di pasar Indonesia sebanyak Rp35,38 triliun menjadi Rp918,47 triliun pada pertengahan September.

Memasuki awal Oktober, data-data ekonomi positif mendompleng penguatan rupiah sebesar 0,21% ke Rp16.563/US$ dalam perdagangan 3 Oktober. inflasi terjaga di rentang target 2,5% plus minus 1.

Di sisi lain, sentimen eksternal shutdown pemerintah AS ikut mengangkat nilai rupiah jadi lebih atraktif. Terlebih saat itu ada rumor bahwa The Fed, bank sentral AS, akan memangkas suku bunga acuannya dan membuat pasar emerging market seperti ini kembali dilirik.

Tak berselang lama, pasar kembali khawatir dengan disiplin fiskal pemerintah. Pada perdagangan 21 Oktober, rupiah ditutup melemah ke Rp16.575/US$ dan melanjutkan tren pelemahannya hingga ke Rp16.645/US$ pada 23 Oktober.

Memasuki November dan Desember, pergerakan rupiah cenderung mirip roller coaster dan tembus di level Rp16.705/US$. Lalu sempat menguat hingga Rp16.622/US$ pada awal Desember, hingga level tertinggi pada perdagangan kemarin di Rp16.788/US$..

Sorotan terhadap Fiskal

Sepanjang 2025, rupiah menempati posisi kedua dari bawah di antara mata uang Asia, Rupiah terdepresiasi hampir 4%, hanya lebih baik dari rupee India yang melemah nyaris 5%.

Kinerja nilai tukar rupiah dan mata uang negara Asia lain terhadap dolar AS. (Bloomberg).

Kinerja rupiah sepanjang tahun ini bergelut dengan berbagai faktor eksternal, termasuk kebijakan tarif yang dikenakan oleh Presiden AS Donald Trump. 

Namun, lebih dari itu, investor global sebenarnya lebih memprioritaskan prospek fiskal Indonesia. Terlihat dari kondisi beberapa tahun terakhir, meski pasar Indonesia rentan terhadap fluktuasi sentimen asing yang cenderung liar dan ketidakpastian global, Indonesia pernah begitu konsisten meningkatkan kredibilitasnya di mata investor dengan pengelolaan ekonomi yang bijaksana hingga mampu mengangkat rating kreditnya dari junk menjadi layak investasi (investment grade).

Menurut Wee Khoon Chong, analis senior APAC Market, The Bank of New York Mellon Corp, kekhawatiran utama investor global adalah tekanan fiskal, "terutama di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia," katanya, seperti dikutip Bloomberg News.

Perjalanan rupiah sepanjang 2025 jadi cermin rapuhnya kepercayaan pasar terhadap arah kebijakan ekonomi nasional. Tekanan eksternal memang dapat menekan pergerakan rupiah, tapi perlu diingat bahwa Indonesia merupakan negara favorit investor di kawasan.

Dengan populasi besar dan tingkat konsumsi yang tinggi, pertumbuhan ekonomi domestik secara auto-pilot dapat tertopang oleh konsumsi masyarakat.

Ketidakpastian fiskal dan sinyal kebijakan domestik yang inkonsisten memperbesar potensi pelemahan rupiah di tahun ini. Jelang tutup tahun, kinerja rupiah menunjukkan bahwa stabilitas nilai tukar tak bisa hanya ditopang oleh intervensi bank sentral atau perbaikan jangka pendek.

Lebih dari itu, pasar menantikan kepastian arah fiskal, konsistensi kebijakan, serta komitmen disiplin anggaran. Asalkan pemerintah mampu mengembalikan kepercayaan lewat pengelolaan fiskal yang kredibel dan komunikasi kebijakan yang solid, rupiah sebenarnya cukup punya ruang untuk keluar dari tekanan.

(dsp/aji)

No more pages