Berdasarkan hasil penelitian, anak-anak yang tinggal serumah dengan perokok tetap memiliki risiko kesehatan yang jauh lebih tinggi. “Penelitian sudah membuktikan anak-anak yang tinggal dengan perokok mengalami empat kali peningkatan risiko terkena gangguan saluran pernapasan dibandingkan anak-anak yang tidak ada perokok di rumahnya,” ungkap Nastiti.
Hal ini terjadi karena partikel asap rokok tidak langsung hilang meski rokok tidak dihisap di dekat anak. “Asap rokok itu menempel di baju, tembok, gorden, meja, rambut, dan kulit,” jelasnya. Partikel tersebut kemudian dapat terhirup oleh anak-anak tanpa disadari.
Nastiti pun mengingatkan, dalam konteks pencegahan Super Flu dan penyakit pernapasan lainnya, perlindungan anak harus dilakukan secara menyeluruh. “Lingkungan bebas asap rokok menjadi bagian penting dari upaya melindungi saluran napas anak,” ujarnya, seraya menekankan pencegahan tidak hanya bergantung pada obat atau vaksin semata.
Selain itu, anak membutuhkan nutrisi yang cukup, waktu istirahat yang memadai, serta kondisi psikologis yang baik. “Selain vaksin, cara lain meningkatkan imun itu nutrisi yang cukup, istirahat yang cukup, mungkin psikis yang bahagia,” pungkasnya.
(dec/spt)



























