Meski demikian, Sutrisno berharap ke depan setiap kebijakan serupa dapat dikomunikasikan lebih awal dan dikaji secara proporsional.
Katanya, ruang dialog yang memadai akan membantu pelaku usaha menjaga keseimbangan antara nilai-nilai kemanusiaan dan keberlangsungan industri pariwisata.
“Kami berharap ada komunikasi yang lebih dini agar pelaku usaha memiliki waktu adaptasi yang cukup,” ujarnya.
Meski tak memberikan dampak signifikan, larangan pertunjukan kembang api saat malam pergantian tahun, Sutrisno mengakui ada pengaruh kecil terhadap segmen wisatawan tertentu.
Sebagai respons atas kebijakan tersebut, PHRI Jakarta akan mengambil sejumlah langkah. Sutrisno mengimbau agar para anggota hotel untuk mengganti atraksi kembang api dengan kegiatan alternatif yang lebih sederhana namun bermakna.
“Contohnya, doa bersama, pertunjukan musik akustik, atau kegiatan reflektif. PHRI juga mendorong hotel-hotel di Jakarta untuk tetap menjaga suasana perayaan yang aman, tertib, dan menghormati nilai empati sosial,” tambahnya.
“Pada prinsipnya, kami mendukung kebijakan yang berlandaskan nilai kemanusiaan. Sekaligus berharap ada ruang komunikasi yang baik. Ini untuk menjaga dunia usaha pariwisata tetap dapat berjalan secara sehat dan berkelanjutan,” pungkasnya.
(ain)





























