“Tapi kalau katakanlah Januari, Februari pun nggak perlu impor, ya nggak usah. Ngapain impor?” tegas dia.
Bahlil mengklaim, nantinya akan terdapat surplus Solar sekitar 3–4 juta pada 2026 gegara beroperasinya RDMP Balikpapan.
Di sisi lain, Bahlil memastikan penyetopan impor Solar tersebut juga harus dilakukan oleh operator stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman menuturkan kementeriannya sudah menyurati operator SPBU swasta untuk berkoordinasi dengan PT Pertamina (Persero) ihwal pemenuhan pasokan Solar tahun depan.
“RDMP-nya sudah beroperasi, tapi secara operasionalnya nanti RDMP atau Pertamina membutuhkan persiapan tiga bulan setelah itu sudah stok cukup untuk seluruhnya termasuk swasta, April semua kita stok,” kata Laode kepada awak media di Kementerian ESDM, Rabu (24/12/2025).
Dengan begitu, Laode menyatakan badan usaha (BU) hilir migas swasta tersebut hanya mengajukan kuota impor Solar sampai Maret 2025. Sedangkan sisanya, kata Laode, akan dipenuhi oleh produksi dalam negeri dari kilang Pertamina.
“Hanya sampai Maret [impor solar SPBU swasta],” ungkap Laode.
Laode menyatakan, penyetopan impor Solar tersebut tidak memerlukan aturan baru. Nantinya secara otomatis penyetopan impor solar tersebut akan tertuang dalam Sistem Nasional Neraca Komoditas (SINAS-NK).
“Itu kan sesuai dengan SINAS-NK aja, kan SINAS NK isiannya berapa bulan, itu udah otomatis dari situ,” ujar Laode.
“Rekomendasinya di kami. Jadi April sudah tidak ada lagi alokasi impor untuk swasta,” lanjut dia.
Laode menyebut, RDMP Balikpapan mulai beroperasi pada Januari 2026 dan membutuhkan waktu penyesuaian produksi selama 3 bulan sebelum dapat menjual hasil olahan migas.
Usai masa sinkronisasi dilakukan, lanjut Laode, salah satu produk migas RDMP Balikpapan yakni Solar akan mulai didistribusikan ke badan usaha (BU) hilir migas swasta.
Dengan begitu, mulai Maret 2026 pemerintah akan mulai menyetop impor Solar seiring adanya tambahan produksi dari RDMP Balikpapan yang diklaim membuat produksi Solar Tanah Air surplus.
(azr/naw)































