Langkah-langkah ini semakin memicu ketegangan di Semenanjung Korea, menyusul kedatangan kapal selam bertenaga nuklir Amerika Serikat (AS) di pelabuhan Busan, Korea Selatan, awal pekan ini.
"Inspeksi terbaru Kim merupakan rangkaian langkah yang dirancang dengan sangat hati-hati," ujar Lim Eul-chul, profesor di Institut Studi Timur Jauh Universitas Kyungnam, Seoul. "Sementara kapal selam bertenaga nuklir melambangkan pencegahan nuklir strategis yang ditujukan ke daratan AS, rudal dan peluru artileri mewakili kemampuan serangan taktis yang dimaksudkan untuk digunakan di Semenanjung Korea dan dalam pertempuran nyata."
Dalam kunjungannya, Kim didampingi oleh pejabat senior dari partai berkuasa, otoritas rudal, dan sektor sains pertahanan saat menerima pengarahan mengenai kapasitas produksi. KCNA melaporkan bahwa Kim menyerukan perluasan rencana produksi tahun depan agar sejalan dengan kebutuhan operasional yang diproyeksikan, serta memperkuat basis teknologi pabrik guna memperluas kapasitas secara seimbang.
Menatap masa depan, Kim juga mendesak agar pembangunan perusahaan industri militer baru yang telah direncanakan tetap berjalan sesuai jadwal pasca-kongres partai. Ia menekankan bahwa pabrik-pabrik yang ada saat ini harus terus meningkatkan struktur produksi demi meningkatkan efisiensi dan kepraktisan.
Lim menambahkan, Korut kemungkinan menggunakan keahlian teknologi yang diperoleh sebagai imbalan atas pengiriman peluru artileri, rudal, dan pasukan ke Rusia untuk merombak pabrik senjata mereka yang menua menjadi fasilitas digital dan otomatis. Pergeseran ini menunjukkan ambisi Pyongyang untuk berevolusi melampaui sekadar pencegahan nuklir menuju industri pertahanan yang lebih digerakkan oleh teknologi.
(bbn)
































