Maduro sejauh ini berhasil menahan serangan tersebut, tetapi blokade mulai membatasi pasokan mata uang asing dan merugikan ekonomi negara yang sudah babak belur.
Perusahaan minyak milik negara Petróleos de Venezuela SA (PDVSA) mengirimkan sebagian besar muatannya ke China, biasanya melalui perantara menggunakan kapal tanker "dark-fleet," kapal-kapal tua yang pemiliknya tidak jelas dan mengangkut minyak yang dikenai sanksi dari Venezuela, Iran, dan Rusia. Impor bahan baku dari Rusia juga vital untuk mengencerkan minyak mentah kental Caracas.
"Washington memperkirakan bahwa Maduro jauh lebih bergantung pada ekspor minyak daripada AS atau China bergantung pada barel minyaknya," ujar Bob McNally, Direktur Utama Rapidan Energy Group.
"Dengan melemahnya keseimbangan global dan jatuhnya harga, AS menilai mereka memiliki pengaruh yang semakin besar dan kemungkinan akan meningkatkan tekanan pada rezim Maduro."
Konfrontasi Washington menarik perhatian pedagang minyak, tetapi ekspor Venezuela sudah menyusut selama bertahun-tahun dan kini hanya menyumbang kurang dari 1% dari permintaan global.
Pasar juga mendapat pasokan yang cukup, dan China memiliki banyak pilihan alternatif. Harga minyak hanya naik sedikit dalam perdagangan awal di Asia pada Senin, di mana minyak mentah Brent melonjak mendekati US$61 per barel.
Maduro menyebut aksi-aksi terbaru pemerintahan Trump— serangan mematikan terhadap kapal-kapal yang diduga membawa narkoba, otorisasi Badan Intelijen Pusat (CIA) dalam operasi rahasia, dan perintah Trump memblokir kapal tanker—sebagai upaya untuk merebut minyak Venezuela dan mendirikan pemerintahan boneka.
"Eskalasi dan penegakan hukum yang lebih ketat ini mengarah pada penurunan volume ekspor," jelas Francisco Monaldi, pakar energi dari Rice University di Houston. "Hari-hari ini akan menjadi kritis."
Pengerahan militer pemerintahan Trump di Karibia merupakan yang terbesar di kawasan itu dalam puluhan tahun. Manuver maritim ini untuk memberi sinyal bahwa semua kapal tanker di perairan sekitar Venezuela berisiko diintervensi dan disita, menurut sumber yang mengetahui operasi bulan ini dan meminta namanya tidak diungkap karena informasi ini belum diumumkan secara publik.
Analis Center for a New American Security di Washington, Rachel Ziemba memaparkan langkah-langkah ini menggarisbawahi definisi luas Washington tentang yang dianggap sebagai target yang bisa dibenarkan.
"Mengangkut minyak dari Venezuela yang dikenai sanksi kini tampaknya sudah cukup untuk dianggap sebagai pelanggaran."
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengatakan blokade terhadap kapal tanker minyak yang dikenai sanksi akan tetap berlaku "sepenuhnya," menurut unggahannya di X pada 20 Desember.
Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi minyak terhadap Venezuela pada Januari 2019, selama masa jabatan presiden pertama Donald Trump.
Lalu, pemerintahan Joe Biden mengadopsi pendekatan "carrot-and-stick" untuk mencoba membalikkan kemunduran demokrasi di Venezuela, dengan memberikan pengecualian kepada Chevron Corp pada 2022 yang mengizinkan perusahaan tersebut melanjutkan operasi minyaknya.
Tahun ini, pejabat AS memperbarui lisensinya setelah masa berlakunya habis, tetapi berusaha memastikan perusahaan yang berbasis di Houston tersebut tidak membayar royalti atau pajak tunai pada pemerintah Venezuela.
Chevron menyatakan bahwa "operasinya di Venezuela terus berlanjut tanpa gangguan dan sepenuhnya mematuhi hukum dan aturan yang berlaku untuk bisnisnya, serta kerangka sanksi yang ditetapkan oleh pemerintah AS."
Industri minyak Venezuela mengalami penurunan drastis dalam beberapa tahun terakhir, tetapi pemerintahan Maduro berhasil mengatasi sanksi dan eksodus hingga delapan juta warga Venezuela.
Pada Sabtu, Wakil Presiden dan Menteri Perminyakan Venezuela, Delcy Rodriguez mengatakan produksi minyak negaranya mencapai target pemerintah sebesar 1,2 juta barel per hari.
Peneliti senior Center for Strategic and International Studies di Washington, Clayton Seigle menjelaskan bahwa produksi minyak turun menjadi sekitar 400.000 barel per hari setelah disanksi tahun 2019, tetapi pulih pada tahun-tahun berikutnya.
Kedua kapal yang dicegat akhir pekan lalu berbendera Panama, meski sumber yang mengetahui hal ini mengatakan bahwa perusahaan China memegang hak atas minyak yang ada di kapal pertama, supertanker Centuries.
Juru bicara Gedung Putih mengatakan kapal tanker tersebut mengibarkan bendera palsu dan mengangkut minyak yang dikenai sanksi. Menurut data pelacakan kapal, kapal Skipper, yang dikejar pada awal Desember, berhenti di perairan lepas pantai Houston pada Minggu.
"Yang mereka harapkan adalah tekanan maksimum yang pada akhirnya akan membuat rezim runtuh, tanpa perlu mengerahkan pasukan darat," kata Dany Bahar, peneliti senior Center for Global Development di Washington.
"Mereka berusaha menciptakan ancaman kredibel yang akan membuat struktur kekuasaan ini runtuh, atau petinggi militer berbalik arah dan memutuskan untuk melawan Maduro, dan mengatakan, 'Anda harus pergi.'"
Pergeseran ke sayap kanan dalam pemilihan umum terbaru di Amerika Latin memperdalam isolasi diplomatik Venezuela. Argentina, Bolivia, Ekuador, dan negara-negara lain menandatangani pernyataan akhir pekan lalu yang menuntut Caracas menghormati proses demokrasi.
Beberapa pemimpin di kawasan itu masih mengkritik tindakan tersebut. Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menentang intervensi asing ke negara-negara berdaulat, saat ditanya tentang sikapnya terhadap pemimpin oposisi Maria Corina Machado, peraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun ini.
Dalam KTT Mercosur di Brasil pada Sabtu, Presiden Luiz Inacio Lula da Silva mengatakan bahwa konflik bersenjata di Venezuela akan menetapkan "preseden berbahaya bagi dunia."
Pemerintahan Maduro yang sedang menghadapi tekanan harus mengurangi produksi dengan cepat jika tidak mampu mengekspor minyaknya karena fasilitas penyimpanan tidak dapat menampung lebih banyak minyak mentah.
(bbn)




























