Logo Bloomberg Technoz

“Pada akhirnya kita akan memperhitungkan nilai totalnya itu kurang lebih ada di angka Rp90 triliun atau kurang lebih bisa dikatakan US$60 juta,” kata Seno dalam konferensi pers di The Telkom Hub, Jakarta, Kamis (18/12/2025).

Seno menjelaskan proses spin-off ini merupakan tonggak penting yang telah dipersiapkan sejak akhir 2023, diawali dengan pendirian PT TIF.

Sebelum pemisahan resmi dilakukan, TIF telah menjalankan fungsi operasional melalui layanan managed services dan managed operation.

Dia menambahkan, langkah korporasi ini sejalan dengan komitmen Telkom untuk mendukung agenda pemerintah dalam percepatan digitalisasi nasional.

Melalui optimalisasi pemanfaatan aset dan efisiensi belanja modal (capex), Telkom menargetkan peningkatan nilai dan monetisasi aset yang dimiliki.

“Adapun pemisahan aset ini juga sebagai bagian, bagaimana kami memenuhi tujuan pemerintah untuk digitalisasi, dengan efisiensi dari aset, efisiensi dari capex,” kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama Telkom Dian Siswarini menjelaskan bahwa pemisahan bisnis tersebut merupakan bagian dari strategi jangka menengah perusahaan yang dikenal sebagai TLKM 30, yaitu peta jalan transformasi Telkom menuju 2030.

Menurut Dian, strategi TLKM 30 dirancang sebagai transformasi menyeluruh untuk memperkuat daya saing perusahaan melalui penguatan fundamental bisnis.

Strategi tersebut berfokus pada tiga pilar utama, yakni company excellence dan service excellence, optimalisasi aset strategis, serta penguatan portofolio bisnis yang berkelanjutan.

“Jadi TLKM 30 ini sebetulnya satu transformation jernih menjadi pilar kami untuk bertransformasi ke tadi, strategi holding, didukung oleh operating company atau post-compose yang adaptif,” kata Dian.

Pembentukan InfraNexia sebagai entitas khusus di bidang wholesale fiber connectivity ditujukan untuk memperluas layanan konektivitas kepada berbagai pemangku kepentingan.

Langkah ini diharapkan dapat mendorong industri telekomunikasi nasional menjadi lebih efisien dan kompetitif.

Dian menambahkan, pengelolaan dan belanja infrastruktur jaringan, khususnya fiber optik, memerlukan fokus, tata kelola, serta model bisnis yang lebih terdedikasi agar aset dapat menciptakan nilai optimal sekaligus membuka peluang kemitraan strategis yang lebih luas.

(rtd/naw)

No more pages